Senin, 10 September 2012

MOTIVASI BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Rendahnya motivasi belajar siswa kerap kali dituding sebagai biang keladi dari rendahnya kualitas sebuah sekolah. Pada kebanyakan sekolah faktor ini bahkan menimbulkan persoalan dilematis, karena dengan rendahnya motivasi belajar banyak siswa tidak menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai siswa. Dalam kisah lain, siswa yang tidak seharusnya bisa lulus namun bisa lulus. Meskipun motivasi itu bukan harus dating dari seorang guru disekolah, namun dalam hal ini seorang guru memegang peranan yag cukup penting bagi seorang anak didik.
Motivasi hanyalah sebuah kata sederhana yang mengandung makna dan manfaat yang luar biasa bagi orang yang memperolehnya. Jika seseorang mendapatkan motivasi yang luar biasa sehingga mereka mengaplikasikan dalam sebuah bentuk tindakan, baik itu positif maupun negative, maka mereka bisa menghancurkan dunia dengan kebaikan ataupun kejahatannya. Meskipun sederhana tapi masih banyak orang terutama guru yang kurang bisa dalam melakukan hal ini sehingga para siswa seringkali merasa bosan mengikuti pembelajaran bahkan mengangap belajar dan aktivitas lainnya itu kurang berguna. Aspek kualitas sebuah pendidikan bisa tampak dari ketersediaan fasilitas belajar yang memadai, namun tidak berarti apa-apa jika tidak dibarengi motivasi belajar.

1.2  Tujuan
Untuk membantu memahami anak- anak dan remaja bagaimana mereka belajar dan berkembang, untuk mengetahui persamaan dan perbedaan individu dan jenis – jenis topik atau aktifitas yang paling berpotensi “ menggairahkan” para siswa. Memberikan seperangkat strategi yang berguna dalam merencanakan dan menjalankan instruksi, serta menciptakan suatu lingkungan membantu para siswa tetap termotivasi mengerjakan tugas, dan dalam membuat penilaian terhadap kemajuan dan prestasi belajar para siswa.

1.3  Rumusan masalah
v  Apakah factor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa ?
v  Bagaimanakah upaya guru untuk meningkatkan motivasi siswa ?
v  Seberapa besar peranan motivasi dalam proses belajar dan pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
MOTIVASI BELAJAR

2.1  Pengertian Motivasi
           Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Defenisi lain tentang motivasi belajar adalah dimana motivasi merupakan suatu keadaan dalam diri siswa yang mendorong dan mengarahkan prilakunya pada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai oleh siswa itu sendiri tak lain adalah untuk menguasai bahan pelajaran dan mendalami ilmu yang dipelajarinya dengan baik, sehingga terdorong untuk belajar. Bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai yang bagus dan lulus ujian. Untuk mencapai tujuan yang ideal itu, kebutuhan siswa dalam konteks pendidikannya perlu dipenuhi dan ditingkatkan dari hanya sekedar kebutuhan akan penghargaan menjadi sebuah kebutuhan untuk aktualisasi diri.
2.2 Perbedaan Motivasi dan Kebutuhan
              Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu, motivasi muncul saat kebuuhan itu ada. Kebutuhan bisa bersifat terlihat atau tidak terlihat. Dalam motivasi terdapat derajat keinginanyang menjadi penggerak, sedangkan terdapat factor budaya dan personal yang menyatu menimbulkan / memunculkan keinginan dan keinginan menjadi kebutuhan. Kekuatan motivasi merupakan derajat keinginan untuk mencapai tujuan, dimna terdapat dua teori yaitu drive teori dan expectancy teori. Konfluk motivasi ditentukan oleh values, dimana konsumen ingin bertujuan positif ataumenghindari tujuan negative.
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow.  Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan.  Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas.  Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. 
1.      Kebutuhan biologis
Kebutuhan paling dasar, minsalkan kebutuhan untuk makan, minim, pakaian, rumah, dan sebagainyauntuk memenuhi kebutuhan akan hidupnya.
Contoh slogan untuk kebutuhan ini adalah “ aku dank au suka dencow”, makan sehat, makanan berserat tinggi.
2.      Kebutuhan rasa aman
Kebutuhn perlindungan bagi fisik manusia, keamanan secara fiik akan menyebakan diperolehnya rasa aman secara fisikis karena konsumen tidak merasa khawatir.
Contoh slogan untuk kebutuhan ini adalah “ kami melindungu kesehatan anda.”
3.      kebutuhan social
kebutuhan yang ditunjukkan kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang lainnya . minsalnya pernikahan dan keluarga, persahabatan merupakan kebutuhan social.
Contoh pada iklan clear & clean berusaha mengkaitkan persahabatan dengan produk.
4.      kebutuhan ego
kebutuhan akan berprestasi untuk mencapai derajat yang lebih tinggi dengan yang lainnya. Manusia mempunyai ego yang kuat untk mencapai prestasi kerja dan karier yang lebih baik.
Contoh slogan dari iklan mobil “ kenyamanan untuk kesuksesan anda”.
5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri
Keinginan seseorang untuk menjadikan dirinya sebagi seseorang yang terbaik sesuai dengn potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan akan aktualissi diri ada keinginan untuk menyampaikan de, gagasan dan system nilai yang diyakininya kepada orang lain.
2.3 Menjelaskan Pentingnya MOtivasi dalam belajar dan Pembelajaran
            Kata belajar kadang memang menjenuhkan. Apalagi yang dipelajari merupakan hal yang membosankan. Tidak menutup kemungkinan justru siswa tidak pernah belajar. Sebagai seorang guru kita mengendalikan bermacam karakter anak-anak didik. Semua yang ada dihadapan kita tidak akan bisa kita arahkan pada satu jalan. Apabila dalam proses belajar mengajar dikelas guru sering kali mengabaikan siswa atau mengajak siswa untuk berkomunikasi secar aktiv, siswa akan mengatakan mata pelajaran tersebut membosankan. Selain membosankan, suasana  belajar akan menjadi kaku ataupun menegangkan karna tidak ada / kurangnya respon dari peserta didik. Sehingga tujuan yang ingin dicapai dari proses tersebut tidak kan tercapai degan seperti yang diinginkan.
            Maka dalam hal semcam ini, seorang guru harus bisa memberikan berbagai cara untuk memotivasi ataupun menberikan semngat peserta didik sehingga mereeka tertarik untuk mengikuti pelajaran tersebut. Tak ayal, guru yang disenangi siswanya adalah guru yang selalu memberikan motifasi. Guru matematika adalah guru yang dibenci kebanyakan siswa dengan alas an pelajaran yang sulit. Tapi, dilain proses guru fisika/bahasa inggris  adalah guru yang disenangi. Ini adalah berkat kemampuan guru tersebut memotivasi siswanya sehingga menyenangi pelajarannya tersebut. Sebenarnya untuk bisa belajar banyak sekali caranya, karena memang kemauan untuk belajar nantinya kembali ke diri pribadi masing-masing. nantinyapun hasil dari apa yang kita pelajari akan kembali ke diri kita pribadi.
            Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru, pengetahuan dan  pemaham motivasi belajar pada siswa bermanfaatpada guru, manfaat itu :
v  Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil
v  Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam ragam
v  Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermavam-macam peran
v  Member peluang guru untuk unjuk rekayasa pedagogis.
Tantangan professional terdapat mengubah siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar Mengubah siswa cerdas  acuh tak acuh  menjadi bersemangat.

2.4 Jenis dan Sifat Motivasi
Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder.
v  Jenis – jenis motivasi
1. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Di antara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, memangun, dan kawin. (Koeswara, 1989:Jalaludin Rachmat.1991)
Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek dan sumber.
a. Tekanan
Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku, semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar.
b. Sasaran
Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan, kepuasan tercapai apabila tekanan energi pada insting berkurang.
c. Objek
Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting, hal-hal yang memuaskan insting tersebut dapat berasl dari luar individu atau dari dalam individu.
d. Sumber
Sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu. Insting manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu insting kehidupan (life instinct) dan insting kematian (death instict). Insting-insting kehidupan terdiri dari insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan. Insting kematian tertuju pada penghancuran, seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri.
2. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Menurut beberapa ahli, manusia adalah makhluk sosial. Perilakuknya tidak hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja, tetap juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti:


a) Komponen afektif
Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi.
b) Komponen kognitif
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkai dengan pengetahuan.
c) Komponen konatif
Komponen konatif adalah terkai dengan kemauan dan kebiasaan bertidak.Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap:
 (a) merupakan kecenderungan berfikir, merasa, kemudian bertindak
 (b) memiliki daya dorong bertindak
(c) relatif bersifat tetap
(d) berkecenderungan melakukan penilaian
(e) dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah.
 Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis guncangan seseorang. Emosi memiliki fungsi sebagai :
(a) pembangkit energi,
(b) pemberi informasi pada orang lain
(c) pembawa pesan dalam berubungan dengan orang lain,
(d) sumber informasi tentang diri seseorang.
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang dipercaya. Pengetahuan tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku. Perilaku juga terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku menetap, berlangsung otomatis. Kemauan seseorang timbul karena adanya:
(a) keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan,
(b) pengetahuan tentang cara memperoleh tujuan,
(c) energi kecerdasan,
(d) pengeluaran energi yang tepat untuk mencapai tujuan.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari :
(a) dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal,
(b) dari luar diri seseorang yang dikenal sebagai motivasi eksternal.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang, yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah, menghindari hukuman. Maslow dan Rogers mengakui pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasi diri. Ciri tersebut adalah :
(a) berkemampuan mengamati suatu realitas secara efisien,apa adanya, dan terbatas dari subjektivitasnya,
 (b) dapat menerima diri sendiri, orang lain secara sewajarnya,
(c) berperilaku spontan, sederhana dan wajar,
(d) terpusat pada masalah atau tugasnya,
(e) memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi
(f) memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaannya,
(g) dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah,
(h) dapat mengalami pengalaman puncak,
(i) memiliki rasa keterkaitan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi,
(j) dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar,
(k) memiliki watak terbuka dan bebas prasangka,
(l) memiliki standar kesusilaan tinggi,
(m) memiliki rasa humor terpelajar,
(n) memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan,
(o) memiliki otonomi tinggi.
v  Sifat motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam dri sendiri (internal) dan dari luar diri seseorang (eksternal). Disamping itu kita bisa membedakan motivasi intrinsic  itu yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap prilakuk seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya.
2.5 Faktor Internal yang Mempengaruhi Belajar
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha­dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
1).  menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
2).  rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
3).  istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat­an fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2. factor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera­pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
v  Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu­an psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli­gensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit indivi­du itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata­rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berhar­ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. ­Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

v  Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendo­rong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva­si intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena memba­ca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan­tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
1.      Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
2.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3.      Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misal­kan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
4.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta­huan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
v  Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi penga­ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

v  Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng­aruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha membe­rikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajar­an yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
v  Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisi­kan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemam­puan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku­kan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung­an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
2.6 faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
v  Lingkungan sosial masyarakat. 
Kondisi lingkungan masya­rakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengang­guran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memer­lukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

v  Lingkungan sosial keluarga. 
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Faktor yang berasal dari orang tua utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam.
Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan Guru Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.
v  Lingkungan sosial sekolah,
 seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimili­ki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakat­nya.

2) Lingkungan nonsosial.
 Faktor faktor yang termasuk lingkung­an nonsosial adalah:
a.   Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa­kan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b.   Faktor instrumentalyaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang­an olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembang­an siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus mengua­sai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.7 cara meningkatkan motivasi belajar siswa
Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Motif belajar pada diri siswa itu berbeda. Membaca dengan motivasi mencari sesuatu lebih berarti dari pada membaca tanpa mencari sesuatu. Guru disekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar . oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar. Banyak cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa. Sebagai seorang guru, kita harus jeli dalam melihat dan melakukan hal ini. Cara-cara yang bisa dilakukan adalah:
a.       optimalisasi penerapan prinsip belajar
kehadiran siswa dikelas merupakan awal dari motivasi belajar. Dalam upaya pembelajaran guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mempmengajarkan bahan pelajaran disyaratkan:
v  guru telh memepelajarai bahan
v  guru telah memepelajarai bagian yang mudah, sedang dan sukar.
v  Guru telah menguasai cara-cara mengajarkan
v  Guru telah meahami sifat bahan ajar
Upaya belajar terkait dengan beberapa prinsip belajar:
v  Belajar jadi bermakna jika sisswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hirearki.
v  Belajar jadi bermakana jika siswa dihadapkan pada masalah belajar yang lebih menantang, oleh karena itu penempatan urutan masalah belajar harus didudun oleh guru dengan baik.
v  Belajar jadi bermakna jika guru mampu memusatkan kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tersebut
v  Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa
v  Belajar jadi menantang jika siswa meahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajar bagi kehidupan dikemudian hari
b.      Optimalisasi unsure dinamis belajar
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar.guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah dengan nilai kesempatan belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam iri siswadan yang ada dilingkungan siswa. Upaya tersebut adalah:
v Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialami
v Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.
v Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali agar member kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
v Memanfaatkan unsure-unaur lingkungn untuk belaar
v Menggunakan waktu secara tertib
v Guru merangsang siswa dengan penguatan member rasa percaya diri
c.       Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Guru adalah penggerak perjalanan belajar siswa. Sebagai penggerak  maka guru perlu memahami dan mencatat kesukatran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar dan segera membantu kesukaran belajar perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajibmenggunakan pengalaman beljar dan kemampuan siswa dalam mengelolah siswa belajar.
d.      Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikan cita-cita bangasa. Mendidikan citacita belajar  siswa merupakan upaya memberantas kebodohan masyarakat. Upaya mendidikan dan mengembangkan cita belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara.
v  guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakab
v  Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar
v  Guru mengaak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, seperti lob abaca, lomba karya tulis ilmiah.dll
v  Guru juga mengajak serta orang tua sisw untuk meleengkapkan fasilitas belajar
v  Guru harus memberanikan siswa untuk menulis keingnan-keinginan di noter pramuka
v  Guru bekerja sama dengan pendidik lain
Selain cara-cara diatas, banyak laagi cara lain yang bisa digunakan  seperti:
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

2. Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.

3. Kompetisi
Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.

4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.

5. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.

6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.

7. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.

Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:

a) Menjelaskan tujuan kepada peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b) Hadiah.
Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

c) Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d) Pujian.
Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

e) Hukuman.Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

f)  Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.

g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.

h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan..

i) Menggunakan metode yang bervariasi.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.

j) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

















BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Perilaku belajar dilakukan oleh pebelajar. Pada diri sipebelajar ada kekuatan mental penggerak belajar. Kekeuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauaan atau cita-cita itu disebut motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adaah kebutuhan, dorongan , tujuan sipebelajar.
          Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu, motivasi muncul saat kebuuhan itu ada. Kebutuhan bisa bersifat terlihat atau tidak terlihat. Saat seseorang memiliki motivasi maka dia akan bergerak untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari motivasinya itu, dari gerkan yang ditimbulkan maka akan timbullah berbagai kebutuhan.
Motivasi adalah salah satu kunci utama keberhasilan seorang guru maupun seorang individu dalam mencapai tujuannya. Tanpa adanya motivasi sesuatu yang penting, bisa menjadi sesuatu yang membosankan. Motivasi itu sendiri terdiri dari berbagai jenis dan sifat seperti motivasi primer dan skunder. Motivasi dalam diri seseorang bukan hanya berasal dari satu factor saja, namun bisa dari berbagai arah yaitu, factor internal dan eksternal. Untuk meningkatkan motivasi ini banyak cara yang bisa kita gunakan baik memberikan hadiah, nilai, maupun hukuman dll. Namun sebagi guru kita harus bisa dan jeli dalam menentukan motivasi dan caranya kepada peserta didik. Karna dalam usia emosi yang masih labil dan rasa ingi tahu yang tinngi motivasi bisa membawa seseorang kearah yang negative.
Sebagai calon guru dan kaum intelektual masa depan marilah berlari dengan membawa berjuta motivasi dengan berbagai inovasi yang menarik dalam mengintegrasikan dan mendedikasikan diri di negri yang tercinta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Bermanfaat. Saya Tunggu kritik Dan sarannya. terimah kasih..