Jumat, 25 September 2015

KISAH DANAU TIBERIAS YANG TERUS MENYUSUT


Danau Thabariyyah atau Danau Tiberias (Ibrani) atau Danau Kinneret atau Danau Gennesaret, terletak dekat Dataran Tinggi Golan dan Lembah Yordan. Lokasinya tak jauh pertemuan lempeng Arabia dan Afrika, yang rawan gempa. Danau Thabariyyah memiliki luas 166,7 kilometer persegi, dengan kedalaman maksimum 43 meter. Danau ini merupakan ceruk yang rendah. Posisinya 211 meter di bawah permukaan laut, dan merupakan danau air tawar terendah di dunia.

Posisinya sedikit lebih tinggi dibanding Laut Mati. Laut Mati —yang dalam al-Qur’an diistilahkan sebagai tempat terendah di bumi, tempat pasukan Persia dikalahkan Romawi Byzantium— yang berada 427 meter di bawah permukaan laut. Tak seperti Laut Mati yang berair asin, Danau Thabariyyah berair tawar. Tak pelak, danau ini menjadi sumber air utama di Israel. Air danau tersebut, sejak tahun 1964 silam, dikuras secara ambisius oleh perusahaan nasional Israel, HaMovil HaArtzi, dan dialirkan ke berbagai penjuru Israel, lewat pipa raksasa, kanal, terowongan, hingga waduk buatan dan stasiun-stasiun pemompaan berskala besar.
Kini, setiap hari, rata-rata 1,7 juta meter kubik air dikuras dari Danau Thabariyyah, atau sekitar 400 juta meter kubik per tahun. Akibatnya, debit airnya terus menurun. Dan, penurunan diperkirakan bakal terus terjadi karena konsumsi air terus naik akibat peningkatan populasi, baik karena kelahiran, migrasi orang orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia menuju Israel, maupun kebutuhan in dustri dan pertanian.

Sesekali memang terjadi peningkatan debit air di danau tersebut jika iklim dan cuaca mendukung, seperti curah hujan yang tinggi dan musim dingin. Namun, hingga kini kondisi permukaanya masih bertengger di garis merah. Harian terkemuka Israel, Haaretz, melaporkan bahwa dalam empat tahun terakhir, terjadi kekurangan air yang parah di Israel, yang penurunannya mencapai 90 persen. Sebuah persoalan serius bagi negara Zionis tersebut.Masih untung, curah hujan cukup tinggi dalam dua tahun terakhir, sehingga debit air Danau Thabariyyah masih mengalami peningkatan. Pada akhir 2013 lalu, permukaan Danau Thabariyyah naik setinggi 1,22 meter dibanding tahun sebelumnya, demikian laporan Haaretz. Tapi, kondisi tersebut masih tetap mengkhawatirkan. Maka, agar penurunan debit air Danau Thabariyyah ke level yang berbahaya tidak terus terjadi, banyak kalangan di Israel menyerukan untuk mengurangi pemompaan air dari sumber sumber natural seperti Danau Thabariyyah dan air bawah tanah, dan mulai beralih ke penyulingan air laut. Apalagi, air Danau Thabariyyah juga berada dalam risiko menjadi asin oleh semburan mata air asin di bawah danau.

Selain dari mata air bawah tanah, sumber air utama yang masuk ke Danau Thabariyyah berasal dari Sungai Yordan yang mengalir dari utara ke selatan. Pada 1964 silam, ketika Israel mulai menguras Danau Thabariyyah dalam skala besar, negara-negara Arab yang marah oleh pendudukan Palestina, juga membuat rencana terhadap danau itu. Suriah –yang menjalankan rencana Liga Arab— membangun perusahaan yang bertugas mengalihkan aliran air ke Danau Thabariyyah. Yaitu dengan membelokkan aliran Sungai Hasbani dan Sungai Banis, ke arah Yarmuk. Sehingga, air dari kedua sungai tersebut tak masuk ke Sungai Yordan, yang bakal berlanjut ke Danau Thabariyyah. Langkah Suriah tersebut, juga berbagai peristiwa lain, menjadi salah satu pemicu Perang Enam Hari antara negaranegara Arab dengan Israel, pada 1967 silam. Maka, untuk mengamankan sumber air tersebut, pada 1967 silam, Israel merebut Dataran Tinggi Golan. 

LIHATLAH..! INI PERBANDINGAN KEADAAN DANAI TIBERIAS DAHULU DAN SEKARANG.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Bermanfaat. Saya Tunggu kritik Dan sarannya. terimah kasih..