BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN
EMOSI REMAJA
2.1. PENGERTIAN
EMOSI
Emosi adalah
suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis
disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk
meletus,yang dapat terjadi baik terhadap perangsang–perangsang eksternal maupun
internal (Soegarda Poerbakawatja, 1982).
Perbuatan
atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, seperti senang atau benci. Perasaan ini selalu menyertai dalam
perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna
afektif ini kadang kuat, kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar).
Dalam hal ini warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih
mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini yang
disebut emosi (Sarlito, 1982: 59).
Emosi adalah
warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perbahan-perbahan fisik. Pada saat
terjadi emosi sering kali terjadi perbahan fisik antara lain berupa :
a. Reaksi
elektris pada klit: meningkat bila terpesona.
b. Peredaran
darah: bertambah cepat bila marah.
c. Denyt
jantung: bertambah cepat bila terkejut.
d. Pernapasan
:bertambah panjang bila kecewa.
e. Pupil mata:
bertambah besar bila marah.
f. Liur:
mongering bila takut atau tegangn.
g. Bulu roma :
berdiri kaau takut.
h. Pencernaan :
mencret kala tegang.
i.
Otot
: ketegangan atau ketakutan menyebabkan otot menegang ata bergetar.
j.
Komposisi
darah: komposisi darah akan ikut berubah karna emosional yang mnyebakan
kelenjar-elenjar menjadi aktif.
2.2. HUBUNGAN
ANTARA EMOSI DAN TINGKAH LAKU
Melalui teori
kecerdasan emosional yang dikembangkannya, Daniel Goleman (1995)mengemukakan,
adapun ciri utama pikiran emosional adalah:
1. Respons
yang Cepat Tetapi Ceroboh
Dikatakannya
bahwa pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat daripada pikiran
yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak
tanpa mempertimbangkan apa pun yang akan dilakukannya, sehingga tidak jarang
menjadi ceroboh.
2. Mendahulukan
Perasaan Kemudian Pikiran
Pikiran
rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan
pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan
hati atau emosi. Reaksi ini lebih tampak menonjolkan dalam situasi-situasi yang
mendesak dan membutuhkan tindakan penyelamatan diri.
3. Memperlakukan
Realitas sebagai Realitas Simbolik
Logika
pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya,
memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas
itu sendiri
4. Masa
Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang
Dari sudut
pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan
kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan
menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang
diingat.
5. Realitas
yang Ditentukan oleh Keadaan
Pikiran
emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan didiktekan oleh perasaan
tertentu yang sedang menonjol pada saat itu.
1.3.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA
Masa remaja
biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan
pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak
aman, tidak senang, dan khawatir kesepian. Secara garis besar, masa remaja
dapat dibagi ke dalam 4 periode, yaitu :
1. Periode
Praremaja
Perubahan
fisik belum tampak jelas. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap
rangsangan dari luar dan respons mereka biasanya berlebihan sehingga mereka
mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat mersa senang atau bahkan
meledak-ledak.
2. Periode
Remaja Awal
Selama
periode ini perkembangan fisik semakin tampak adalah perubahan fungsi alat
kelamin. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan
cara-cara yang kurang wajar untuk menyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku
seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya
sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode
Remaja Tengah
Tanggung
jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul
sendiri juga yang menjadi masalah tersendiri bagi mereka.
4. Periode
Remaja Akhir
Selama
periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu
menunujukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Mereka juga mulai
memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya
sendiri, orang tua, dan masyarakat.
Pola emosi
pada remaja sama pada masa kanak-kanak.
Jenis emosi yang dialami secara noramal adalah cinta/ kasih sayang,
gembira, amarah, takut dan cemas, cembur, sedih dll.perbedaanya terletah pada
macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi , dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungakapan emosi mereka.
a.
Cinta
/ kasih sayang.
Walaupun remja bergerak kedunia pergaulan yang
lebih luas. Dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanak. Remaja membutuhkan
kasih sayang dirmah yang sama banyakya dengan apa yang mereka alami dengan
than-tahun sebelumnya. Karena alas an inilah mengepa sikap menentang ereka,
menyalahkan mereka secara lansung, mengolok-ngolok mereka waktu pertama kali
mengolok-ngolok mereka karena mencukur kumisnya, adanya peerhatian terhadapa
lawan jenisnya, merupakan tindakan yang rang bijaksana.
b.
Gembira
Perasaan gembira sedikit banyak mendapat
perhatian dari pihak peneliti dari pada perasaan maraah dan takut atau tingkah
lak dan problema lain yang memantulakan kesedihan. Rasa gembira akan dialami
apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan
mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat ata ia bila
diterima sebagaiseorang sahabat atau ia jatuh cinta dan cintanya it mendapat
balasan oleh orang yang dicintai.
c.
Kemarahan
dan permusuhan.
Rasa
marah adalah gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan
yang menonjoldalam perkembangan kepribadian.
Diantara emosi-emosi ini adalah cinta, dimana kita ketahui bahwa mencintai
dan dicintai adalah gejala emosi bagi perkembangan pribad yang sehat. Rasa
marah juga penting dalam kehidupan, karena melelui rasa marahna, seseorang
mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Ada 4
faktor yang sangat penting berhbngan dengan rasa marah:
ü Adanya
kenyataan bahwa rasa marah berhbungan dengan usaha manusia untuk memiliki
dirinya dan menjad dirinya sendiri.
ü Ketika
idividu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahannya
yang berkembang dan kemudian mejadi surut tetapi jga mempunyai sikap-sikap yang
ada sisa kemarahan dalam bentukpermsuhan yang eliputi sisa kemrahan masa lalu.
ü Sering kali
perasaan marah disembunyikan dan seringkali tampak dalam bentuk yang
samar-samar.
ü Kemarahan
mungkin berbalik pada dirinya sendiri.
d.
Ketakutan
dan kecemasan.
Remaja
seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengetassi
rasa ketakutan yang timbul dari persoalan kehidupan.
Biehler ( 1972)
membagi cirri-ciri emosi remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 than
dan usia 15-18 tahun:
a. Emosi remaja
usia 12-15 tahun.
ü Pada usia ini
anak cendrung banyak murung dan tidak dapat diterka.
ü Sering
bertingkahlaku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
ü Ledakan
–ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi.
ü Cendrung
tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan oendapatnya sendiri untuk
menutpi kekurangangan rasa percaya diri.
b. Emosi remaja
sia 15-18 tahun.
ü Pemberontakan
remaja sering terjadi.
ü Banyak
mengalami konflik dengan orang tua.
ü Sering
melamun dan memikirkan masa depan mereka.
Anak – anak dan para remaja cendrung berprilaku dengan cara-cara yang
mencerminkan keyakinan mereka tentang diri mereka sendiri. Umumnya, para siswa
yang memiliki persepsi diri yang positif cendrung berhsil secara akademis,
social, dan fisik (Caldwell, Rudolph, troop-gordoon, dan kim, 2004; ma dan
kishor, 1997; marsh dan craven, 2006; valentine, Duboisdan cooper;2004).
Kepercayaan siswa terhadap diri mereka, sebagaimana kepercayaan mereka mengenai
dunia, sebagian besar dibentuk oleh diri sendiri.
1.4.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA
Sejumlah
faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut.
1. Perubahan
Jasmani
Perubahan
Jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari
anggota tubuh.Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan
perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam
tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
2. Perubahan
Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh
orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang penuh
cinta kasih, otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, dll. Misalnya dalam pemberian
hukuman sehingga pemberontakan yang terjadi terhadap orang tua menunjukkan
bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan
orang tua.Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi
remaja.
3. Perubahan
Interaksi Dengan Teman Sebaya
Remaja
seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya yang di sebut geng
dan Interaksi antara anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat
intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
4. Perubahan
Pandangan Luar
Faktor
penting yang dapat memengaruhi perkembangan emosi remaja selain
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan
dunia luar dirinya.
Ada sejumlah
perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional
dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut.
1.
Sikap
dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
2.
Dunia
luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda ntuk remaja
laki-laki dan perempuan.
3.
Seringkali
kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung
jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja ke dalam kegiatan-kegiatan yang
merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
5. Perubahan
Interaksi dengan Sekolah
Pada masa
anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan
yang diidealkan oleh mereka. Namun demikian, tidak jarang terjadi bahwa dengan
figur sebagai tokoh tersebut, guru memberikan ancaman-ancaman tertentu kepada
para peserta didiknya.Cara-cara seperti ini akan memberikan stimulus negatif
bagi perkembangan emosi anak.
Selain hal
diatas, kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode
belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
ü Belajar
dengan coba-coba.
ü Belajar
dengan cara meniru.
ü Belajar
dengan mempersamakan diri.
ü Belajar
melalui pengkndisian.
ü Pelatihan
ataau belajar dibawah bimbingan dan pengawasan
terbatas pada aspek reaksi.
1.5.
PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PERKEMBANGAN EMOSI
Perkembangan
emosional individu sebenarnya merupakan perkembangan yang paling sulit untuk
diklasifikasikan, munculnya emosi seseorang sangat tergantung atau dipengaruhi
lingkungan, pengalaman, dan kebudayaan, sehingga untuk mengukur emosi sangatlah
sulit.
Proses perkembangan adalah saat
anak menyadari permintaan dan syarat-syarat hidup dalam suatu lingkungan. Meskipun
masih dalam lingkungan keluarga, batas-batas dalam bentuk disiplin mulai dapat
diberikan. Apabila ini terjadi pada dua anak dalam satu keluarga (seayah/seibu)
secara individual, perkembangan emosinya akan jelas bisa berbeda satu sama lain
dalam berbagai hal, baik dalam bakat, minat, keadaan jasmani, keadaan social,
intelejensi, maupun kepribadiannya.
1.6.
UPAYA PENGEMBANGAN EMOSI REMAJA DAN
IMPLIKASINYA DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Intervensi
pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan
emosional, salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan intervensi yang
dikemukakan oleh W.T.Grant
Consortium tentang
“Unsur-unsur Aktif Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut.
1. Pengembangan
Keterampilan Emosional
Cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan ketramapilan emosional individu adalah
1.
mengidentifikasi
dan memberi nama atau label perasaan,
2.
mengungkapkan
perasaan
3.
menilai
identitas perasaan
4.
mengelola
perasaan
5.
menunda
pemuasan
6.
mengendalikan
dorongan hati
7.
mengurangi
stres, dan
8.
memahami
perbedaan antara perasaan dan tindakan
2. Pengembangan
Keterampilan Kognitif
Cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah
sebagai berikut.
1.
Belajar
melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau
memperkuat perilaku diri sendiri.
2.
Belajar
membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
3.
Belajar
memahami langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
4.
Belajar
memahami sudut pandang orang lain (empati).
5.
Belajar
memahami sopan santun.
6.
Belajar
yang bersikap positif terhadap kehidupan.
7.
Belajar
mengembangkan kesadaran diri.
3. Pengembangan
Keterampilan Perilaku
Cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perilaku individu sebagai
berikut.
1.
Mempelajari
keterampilan komunikasi nonverbal.
2.
Mempelajari
keterampilan komunikasi verbal.
Cara lain
yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi
remaja yang dikembangkan oleh Daniel Goleman(1995) yang diberi nama Self-Science
Curriculum adalah sbb:
1.
Belajar
mengembangkan kesadaran diri
2.
Belajar
mengambil keputusan pribadi
3.
Belajar
mengelola perasaan
4.
Belajar
menangani stress
5.
Belajar
Berempati
6.
Belajar
berkomunikasi
7.
Belajar
membuka diri
8.
Belajar
mengembangkan pemahaman
9.
Belajar
menerima diri sendiri
10.
Belajar
mengembangkan tanggung jawab pribadi
11.
Belajar
mengembangkan ketegasan
12.
Mempelajari
dinamika kelompok
13.
Belajar
menyelesaikan konflikm
BAB
II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Emosi
adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Emosi merupakan suatu respon terhadap suatu pengamatan yang menyebabkan
perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung
kemungkinan untuk meletus, yang dapat terjadi baik terhadap perangsang
eksternal maupun internal. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain:
cinta, gembira, marah, takut, cemas dan sedih.
2.
Bagi
setiap remaja sejak kelahiranya dan dalam menjalani kehidupan seterusnya
terdapat pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenis dan
keinginannya. Pola emosi remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak.
3.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja antara lain: perubahan
jasmani, pola interaksi (dengan orang tua, teman sebaya, sekolah), perubahan
pandangan luar. Secara umum faktor yang mempengaruhi emosi remaja antara lain:
kematanagan dan belajar serta kondisi-kondisi kehidupan atau kultur.
4.
Masa
remaja adalah masa khusus, penuh gejolak karena pada tumbuh dan berkembangnya
terjadi ketidakseimbangan atau labil.
5.
Dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja selalu mendambakan kemandirian, dalam
artian menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problem kehidupan,
kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian
emosional.
6.
Perilaku
remaja disebabkan oleh dorongan-dorongan untuk mencari tahu, merasa ingin tahu,
merasa ingin diperhatikan dan lain sebagainya.
7.
Makin
banyak kita dapat memahami dunia remaja seperti apa yang mereka alami, makin
perlu kita melihat kedalam kehidupan emosionalnya dan memahami
perasaan-perasaannya, baik perasaan tentang dirinya sendiri maupun orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunarto,
Hartono Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ali,
Mohammad, Dan Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi
Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Ormrod, Jeanne Ellis.2008.
Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Bermanfaat. Saya Tunggu kritik Dan sarannya. terimah kasih..