Minggu, 09 Juli 2017

FILOSOFI TENTANG SEL

Ada satu hal yang menarik dari sebuah sel yaitu ada kalanya sebuah sel akan mengeluarkan zat-zat tertentu yang diidentifikasi sebagai 'signal' oleh sel lain sebagai 'signal' bahaya. Zat itu akan dikeluarkan jika sebuah sel terinfeksi oleh bakteri/virus tertentu sehingga akan membahayakan sel-sel lain di sekitarnya. Di sinilah beliau menjeaskan sebuah karakter sel yang belum tentu dimiliki oleh 'Si Pemilik Sel', yaitu 'rela berkorban'. Arti dari signal ini adalah agar sel lain di dekatnya memakan sel terinfeksi tersebut untuk mencegah penularan lebih lanjut. Dengan demikian sel terinfeksi tersebut dapat melindungi jaringan di sekitarnya, melindungi organnya, melindungi sistem organnya, melindungi manusia 'si pemilik' tersebut dan melindungi manusia lain dari penularan. Mungkin 'sebuah' sel itu dianggap tak berarti, bisa dibilang masih banyak sel lain yang sama dengannya. Namun sesungguhnya tiap sel mempunyai peranan penting dalam menjaga homeostatis tubuh kita. Tak ada yang tak berarti dan sel tersebut pada waktu itu telah memerankan peranan penting yaitu sebagai 'korban' segaligus 'penyelamat' suatu sistem raksasa yang dilakoninya. Pertanyaannya, apakah 'si pemilik' sel tersebut dapat berbuat seperti 'sel'nya sendiri? Tak perlu sampai harus mati demi orang lain. Hanya sebuah pengorbanan  kecil demi suatu sistem yang besar, misalnya demi keluarga, masyarakat sekitar, institusi, bahkan demi bangsa dan negara dan kesejahteraan umat manusia.  Memang terkadang dan seringnya tak akan ada penghargaan berarti bagi jerih lelah itu. namun yang sering terjadi malah 'sel' memakan 'sel' yang lain dengan keji. Sesama keluarga saling menjahati, sesama warga masyarakat tak ada belas kasih, bahkan merugikan bangsa dan negara. Cobalah belajar dari apa yang ada di dalam tubuh kita. Sedangkan unit kehidupan terkecil dalam tubuh kita sendiri dapat sebijaksana itu, 'then oh why can't I'?