Ada satu hal yang menarik dari sebuah sel yaitu ada kalanya sebuah sel akan mengeluarkan
zat-zat tertentu yang diidentifikasi sebagai 'signal' oleh sel lain
sebagai 'signal' bahaya. Zat itu akan dikeluarkan jika sebuah sel
terinfeksi oleh bakteri/virus tertentu sehingga akan membahayakan
sel-sel lain di sekitarnya. Di sinilah beliau menjeaskan sebuah karakter
sel yang belum tentu dimiliki oleh 'Si Pemilik Sel', yaitu 'rela
berkorban'. Arti dari signal ini adalah agar sel lain di dekatnya
memakan sel terinfeksi tersebut untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Dengan demikian sel terinfeksi tersebut dapat melindungi jaringan di
sekitarnya, melindungi organnya, melindungi sistem organnya, melindungi
manusia 'si pemilik' tersebut dan melindungi manusia lain dari
penularan. Mungkin 'sebuah' sel itu dianggap tak berarti, bisa dibilang
masih banyak sel lain yang sama dengannya. Namun sesungguhnya tiap sel
mempunyai peranan penting dalam menjaga homeostatis tubuh kita. Tak ada
yang tak berarti dan sel tersebut pada waktu itu telah memerankan
peranan penting yaitu sebagai 'korban' segaligus 'penyelamat' suatu
sistem raksasa yang dilakoninya. Pertanyaannya, apakah 'si pemilik' sel
tersebut dapat berbuat seperti 'sel'nya sendiri? Tak perlu sampai harus
mati demi orang lain. Hanya sebuah pengorbanan kecil demi suatu sistem
yang besar, misalnya demi keluarga, masyarakat sekitar, institusi,
bahkan demi bangsa dan negara dan kesejahteraan umat manusia. Memang
terkadang dan seringnya tak akan ada penghargaan berarti bagi jerih
lelah itu. namun yang sering terjadi malah 'sel' memakan 'sel' yang lain
dengan keji. Sesama keluarga saling menjahati, sesama warga masyarakat
tak ada belas kasih, bahkan merugikan bangsa dan negara. Cobalah belajar
dari apa yang ada di dalam tubuh kita. Sedangkan unit kehidupan
terkecil dalam tubuh kita sendiri dapat sebijaksana itu, 'then oh why
can't I'?