FLORA NORMAL TUBUH MANUSIA
1.1 Pengertian Flora Normal Tubuh Manusia (Mikrobiota)
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.
Mikrobe tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia.
Mikrobe yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota.
Selain itu juga disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan
mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.
Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis
bakteri. Namunbeberapa virus, jamur, dan protozoa jugadapatditemukanpada orang
sehat.
1.2 Asal Mula Mikrobiota Manusia
Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme
ketika lewat sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu diperolehnya
melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikrobe-mikrobe ini
segera disertai oleh mikrobe-mikrobe lain dari banyak sumber yang langsung
berada di sekeliling bayi yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme yang
menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan
cepat berbiak dan menetap.
Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh flora
mikrobe yang akan menjadi mikrobiota yang asli. Setiap bagian tubuh manusia,
dengan kondisi lingkungan yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme
tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah
yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada
faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan
prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan
mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang
dewasa.
1.3 Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia
Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
a.
Mikroorganisme
tetap/normal (resident flora/indigenous)
yaitu
mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh
tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu
tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti
semula. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan
mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan
tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal.
Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi
burukdarilingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
b.
Mikroorganisme
sementara (transient flora)
yaitu
mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan
selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu.
Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat
disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak
menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika
flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan
menimbulkan penyakit. Contohnya : Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella
sp, Clostridium perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan
virus hepatitis A.
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia
adalah
a.
Nutrisi
b.
kebersihan
seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
c.
kondisi hidup
d.
penerapan
prinsip-prinsip kesehatan
Flora
normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung
dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital,
mata, dan telinga.
1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri
dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak
sesuai untuk pertumbuhannya
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-DasarMikrobiologi,2008:548). Kulit manusia terlihat lebih
mudah pecah atau rusak bila dibandingkan dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura -kura.
Namun kulit manusia memiliki sifat sebagai pertahanan (barier) yang sangat
efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataanya, tidak ada bakteri yang dapat
menembus kulit utuh yang ³telanjang´ tanpa pelindung.
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id). Kulit bersifat sedikit asam dengan
pH 5 % dan memiliki temperatur kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan
membuat permukaan kulit secara konstan berganti sehingga bakteri yang berada
dibawah permukaan kulit tersebut akan juga dengan konstan terbuang dengan sel
mati. Lubang -lubang alami yang terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau
kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang -lubang
tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak
peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri
gram positif) dan lipida toksik.
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh
bakteri patogen adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri
nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu
mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit
harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat
kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit
terutama terdiri dari
bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif sepertiEscherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa
terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi
kotoran manusia.
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas,
beberapa bakteri patogen dapat berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat
mengambil manfaat dari luka yang ada pada permukaan kulit untuk memperoleh
jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah
terspesifikasi yang disebut
dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT). Fungsi SALT adalah mencegah
bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke
aliran darah. Relatif sedikit yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun
SALT. Salah satu tipe selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang terspesialisasi yang membantu tipe sel yang
lain, specialized skin- seeking lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel
-sel limfosit tersebut juga memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel
-sel dari sistem imun dan memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain
adalah keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung
jawab untuk memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit
memproduksi sitokin
dan juga mampu untuk ingesti
dan membunuh bakteri.
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan
paling baik dengan pengaruh luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit
termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang
ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan
dengan luka bakar masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar
mati karena infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan
tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk
kolonisasi bakteri
pada area yang terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa danStaphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang terdapat di mana-mana
pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling
efektif bila aksi antibakterial
mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek kombinasi
dari kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat infeksi luka
bakar sulit untuk ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara penderita luka
bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah
kerusakan jaringan
dan mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada
kulit tidak mampu bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi
bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat mengekskresikan lisozim, suatu
enzim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak
mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian oleh
beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi
bakteri-bakteri lain.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada
epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni
pada permukaan sel -sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesiesStaphylococcusdan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam
kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, sepertiPropionibacterium
acnes, penyebab
jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya organisme ini
diperlihatkan pada Tabel 1 ; Gambar 6 Melukiskan morfologi dan sifat-sifat
mikroorganisme yang predominan di dalam mikrobiota. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapatmenimbulkan penyakit saat
mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan).
Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat
patogen yaituStaphylococcus aureus.
Secara keseluruhan ada sekitar 103-104mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan)
korneum.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora
sementara pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan
adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan mandi tidak
menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah
mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat setiap
hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun
flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun
tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit
cenderung menyebabkan
populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan
perubahan kualitatif flora kulit.
Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama
menyebabkan infeksi sinergistik (gangrene, fasciitis nekrotik =necrotizing fasciitis), selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal. Sering
sulit menentukan suatu organisme yang spesifik bertanggungjawab terhadap lesi
progresif, karena terdapat banyak organisme yang berperan.
2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria,
stafilokokus
dan streptokokus (Jawetz, Melnick, dan Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 280). Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat
juga dijumpai bakteri Branhamellacatarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae(suatu batanggram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin
dosis tinggi dapat menyebabkan over growth:
bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.
3. Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan
terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut
merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau
rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing
-masing individu. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir,
rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan
lembap yang mengandung sebagai
substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik.
Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat
dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam
mulut. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan
jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies
bakteri yang khas bagi rongga
mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces,da n Lactobacillus. (Michael J.Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan
nutrisi bayi serta hubungan antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya,
dan benda-benda seperti handuk serta botol-botol susunya. Spesies satu-satunya
yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air, ialah Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme
di dalam mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat
seperti Bacteroides
dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan
anae robik. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi
menempelnya mikrobe. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan
permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans
(penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua spesies
ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein
liur maupun polisakaride bakteri. Sifa
t menempel ini sangat penting bagi kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu
menyatukan bakteri -bakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri,
yang berlabuh di sebuah matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan
secara teratur,
plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu, terutama Streptococcus mutans,
dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga).
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang
dimulai dari permukaan dan berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga
tergantung pada faktor-faktor genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya.
Pengendali karies gigi meliputi pembuangan plak, pembatasan ma kanan yang
mengandung sukrosa, gizi yang baik mengandung cukup protein dan pengurangan
pembentukan asam dalam mulut dengan cara membatasi keberadaan karbohidrat dan
pembersihan mulut yang sering. Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan
jumlah fluor p ada air mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap
asam. Pengendalian penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi dan
kebersihan mulut.
4.
Orofaring (oropharinx)
Orofaring (bagian belakang mulut juga dihuni
sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis
dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni
asli orofaring ialah streptokokus hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga
akan memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia)
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting
tenggorok atau bronkiole yang lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung mikroorganisme.
Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia, yaitu
embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan lain
dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut
bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu
melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang
dihirup.
5. Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat
di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah
tetapi segera menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat
alir perut pun menurun.
6. Usus Kecil
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa
bakteri. Di antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram
positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di
antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala
dijumpai spesies-spesies enterokokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini.
Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang
dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak
dalam jumlah besar.
7. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar,
mengandung populasi mikrobe yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah
mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah kurang lebih 1012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B. melaninogenicus,
B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (termasukCl. P e
rfri ng en s yang mempunyai kaitan
dengank elemayuh, suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas
dan keluar nanah). serta spesies-spesies Lactobacillus.
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis
vitamin K, konversi pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta
antagonis mikroba patogen.
8. Saluran Kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari
ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar)
bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya
disebabkan efek
antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya
epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi
daur haid. Penghuni
utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan
epi telium vagina, da n di dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini
tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen,
maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH
rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis
terletak berdekatan, suatu penyakit yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada
laki-laki. Saluran urin bagian atas
dan kantong urine steril dalam keadaan normal. Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti
Streptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian
besar mikroorganisme yang ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari flora
normal yang terdapat pada kulit. Keberadaan bakteri dalam urine belum dapat
disimpulkan sebagai penyakit saluran urine kecuali jumlah mikroorganisme di
dalam urine melebihi 105 sel/ml (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah
difteroid (Coynebacterium xerosis), S.epidermidis
dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella)
seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh
aliran air mata, yang mengandung lisozim.
Flora liang telinga luar biasanya merupakan
gambaran flora kulit. Dapat dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureusdan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril.
10. Bakteri di Darah dan jaringan
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah
steril. Kadangkadang karena manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat
gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau
darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh
sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan
saluran kemih. Pada
keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain,
bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi.
1.5 Peran Flora Normal Tubuh Manusia
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat
komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor
biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta
zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk
kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa
hidup.
Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa
anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan
berbagai zat makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit
dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat
gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi
pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat
makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat
antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Selain itu, diperkirakan
bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk
perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi
tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena
hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari
lingkungan dihilangkan dan masuk le dalam aliran darah atau jaringan, organisme
ini mungkin menjadi patogen.
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di
usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke
rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh
tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat
bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang
asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
Streptococcus viridians, bakteri yang
tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah
ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal
dan mengakibat kan subacute bacterial endocarditis. Bacteroides
yang normal terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu
trauma Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di
usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke
rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat
trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi
yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat
bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang
asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
1.6 Jalan Masuk Mikroorganisme Ke Tubuh Inang
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam
jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit, ataupun rute parental. Banyak
bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa
saluran pernafasan, gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta
membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak mata.
a.
Saluran
pernafasan
Saluran pernafasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius.
Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu.
Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak, tuberkulosis, dan cacar
air.
b.
Saluran
pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau
minuman dan melalui jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme patogen.
Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida (HCL) dan
enzim-enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus.
Mikatroorganisme yang berahan dapat menimbulkan penyakit. Misalnya demam
tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya
dikeluarkan melalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya melalui
air, makanan, atau jari-jari tangan yang terkontaminasi.
c.
Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang tidak
mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme.
Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit,
folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain memasuki
tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah kulit atau melalui penetrasi
atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut rute perenteral. Suntikan,
gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuka rute infeksi parenteral.
d. Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah
satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme
adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus
mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil
fermentasi metabolism menghidrolisis sukrosa menjadi komponen monosakarida,
fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa
menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang difermentasi menjadi
asam laktat. Akumulasi bateri dan dekstran menempel pada permukaan gigi dam
membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak didominasi oleh Streptococcus
dan anggota Actinomyces Karena plak sangat
tidak permeabelm terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri
tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akanmelunakkan enamel
gigitepat plak tersebut melekat.
1.7 Interaksi Antara Flora Normal dengan Inangnya
Pada kenyataannya, tidak banyak yang diketahui tentang sifat hubungan
antara manusia dan flora normal mereka, tetapi mereka dianggap sebagai
interaksi dinamis daripada saling asosiasi ketidak pedulian. Baik host dan
bakteri berpikir untuk memperoleh manfaat dari satu sama lain, dan asosiasi,
untuk sebagian besar, mutualistik. Flora normal berasal dari host mereka
pasokan nutrisi, lingkungan yang stabil, perlindungan dan transportasi. Host
memperoleh dari flora normal tertentu manfaat nutrisi dan pencernaan, stimulasi
dari kegiatan pembangunan dan sistem imun, dan perlindungan melawan kolonisasi
dan infeksi oleh mikroba patogen.
Sementara sebagian besar kegiatan manfaat flora normal tuan rumah mereka,
sebagian dari flora normal adalah parasit (hidup di atas biaya tuan rumah
mereka), dan beberapa bersifat patogen (mampu menghasilkan penyakit). Penyakit
yang dihasilkan oleh flora normal di tuan rumah mereka dapat disebut penyakit
endogen. Kebanyakan endogen bakteri penyakit infeksi oportunistik, yang berarti
bahwa organisme harus diberi kesempatan khusus kelemahan atau membiarkan-down
dalam pertahanan host untuk menginfeksi . Contoh dari infeksi oportunistik
bronkitis kronis pada perokok dimana bakteri flora normal dapat menyerang
paru-paru melemah.
Kadang-kadang hubungan antara anggota flora normal yang inangnya tidak
dapat diuraikan. Seperti hubungan dimana tidak ada manfaat jelas atau
membahayakan organisme baik selama hubungan mereka disebut sebagai hubungan
teman semakan. Banyak flora normal yang tidak dominan dalam habitat mereka,
walaupun selalu hadir dalam jumlah yang rendah, dianggap sebagai teman semakan
bakteri. Namun, jika dugaan hubungan teman semakan mempelajari secara
mendetail, parasit atau karakteristik mutualistic sering muncul
Jaringan kekhususan Sebagian besar anggota flora bakteri normal lebih
memilih untuk menjajah jaringan tertentu dan bukan yang lain. Ini “kekhususan
jaringan” biasanya disebabkan oleh sifat-sifat baik dari tuan rumah dan
bakteri. Biasanya, bakteri spesifik menjajah jaringan tertentu oleh satu atau
lain mekanisme ini.
1.
Tissue tropism
Tissue tropism adalah bakteri preferensi atau kesukaan untuk jaringan tertentu untuk
pertumbuhan. Salah satu penjelasan untuk jaringan tropism adalah bahwa tuan
rumah menyediakan nutrisi penting dan faktor pertumbuhan bakteri, selain cocok
oksigen, pH, dan suhu untuk pertumbuhan. Lactobacillus acidophilus, informal
dikenal sebagai “Doderlein’s bacillus” colonizes vagina karena dihasilkan
glikogen yang menyediakan bakteri dengan sumber gula yang mereka memfermentasi
untuk asam laktat.
2.
Spesifik
kepatuhan
Kebanyakan bakteri
dapat menjajah suatu jaringan atau situs tertentu karena mereka dapat mematuhi
bahwa situs dalam jaringan atau cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia
yang saling melengkapi antara dua permukaan. Khusus biokimia kepatuhan
melibatkan interaksi antara komponen permukaan bakteri (ligan atau adhesins)
dan molekul reseptor sel inang. Komponen bakteri yang menyediakan molekul
adhesins adalah bagian dari kapsul mereka, fimbriae, atau dinding sel. Reseptor
pada sel manusia atau jaringan molekul glikoprotein biasanya terletak pada host
permukaan sel atau jaringan.
Khusus kepatuhan
melibatkan interaksi kimia yang saling
melengkapi antara sel inang atau jaringan permukaan dan permukaan
bakteri. Dalam bahasa medis mikrobiologi, bakteri “adhesin” melekat kovalen
ke host “reseptor” sehingga bakteri “dermaga” itu sendiri pada host
permukaan. Adhesins dari sel-sel bakteri adalah komponen kimia kapsul,
dinding sel, pilus atau fimbriae. Host reseptor glikoprotein biasanya terletak
pada membran sel atau jaringan permukaan. Beberapa contoh situs adhesins dan lampiran khusus digunakan untuk ketaatan pada jaringan manusia dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
melengkapi antara sel inang atau jaringan permukaan dan permukaan
bakteri. Dalam bahasa medis mikrobiologi, bakteri “adhesin” melekat kovalen
ke host “reseptor” sehingga bakteri “dermaga” itu sendiri pada host
permukaan. Adhesins dari sel-sel bakteri adalah komponen kimia kapsul,
dinding sel, pilus atau fimbriae. Host reseptor glikoprotein biasanya terletak
pada membran sel atau jaringan permukaan. Beberapa contoh situs adhesins dan lampiran khusus digunakan untuk ketaatan pada jaringan manusia dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
3.
Biofilm
pembentukan.
Beberapa bakteri asli
mampu membangun biofilm pada permukaan jaringan, atau mereka mampu menjajah
sebuah biofilm dibangun oleh spesies bakteri lain. Banyak biofilm adalah
campuran mikroba, walaupun salah satu anggota bertanggung jawab untuk menjaga
dan biofilm dapat mendominasi. Biofilm biasanya terjadi ketika salah satu
spesies bakteri atase khusus atau non spesifik ke permukaan, dan kemudian
mengeluarkan lendir karbohidrat (exopolymer) yang imbeds menarik bakteri dan
mikroba lain ke biofilm untuk perlindungan atau keuntungan nutrisi.
Biofilm klasik yang
melibatkan komponen flora normal rongga mulut adalah pembentukan plak gigi pada
gigi. Plak adalah biofilm dibangun secara alami, di mana konsorsium bakteri
dapat mencapai ketebalan 300-500 sel pada permukaan gigi. Ini subjek akumulasi
gigi dan jaringan gingiva konsentrasi tinggi metabolit bakteri, yang
mengakibatkan penyakit gigi .
Permukaan kulit itu
sendiri terdiri dari beberapa lingkungan yang berbeda. Bidang seperti aksila
(ketiak), perineum (pangkal paha) dan ujung jaring biasanya menyediakan daerah
lembab untuk pertumbuhan bakteri. Ini “hutan tropis” sering lingkungan
pelabuhan terbesar di antara keanekaragaman flora kulit. Khas organisme
meliputi Staphylococcus aureus, Corynebacterium dan beberapa bakteri
Gram-negatif. Sebagian besar permukaan kulit manusia, bagaimanapun, adalah jauh
lebih kering dan ini sebagian besar dihuni oleh Staphylococcus
epidermidis dan Propionobacterium.
Streptococcus mendominasi dalam rongga mulut dan nasofaringeal daerah tetapi juga dapat
menemukan Anaerob lain dan spesiesNeisseria. Banyak potensi patogen juga dapat
ditemukan di nasofaring individu yang sehat, menyediakan reservoir untuk
infeksi lain. Patogen ini termasuk Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitidis dan Haemophilus influenzae.
Saluran pencernaan
adalah lingkungan yang agak memusuhi bagi mikroorganisme namun sebagian besar
flora normal kita mendiami wilayah ini dari tubuh. Bahkan, usus mungkin
mengandung 109 untuk 1011 bakteri per gram bahan. Sebagian besar (95 – 99,9%)
diantaranya Anaerob, diwakili oleh Bacteroides, Bifidobacterium,
streptokokus anaerob dan Clostridium. Organisme ini menghambat
pertumbuhan patogen lain, tetapi beberapa dapat oportunistik (misalnya C.
difficile dapat menghasilkan pseudomembranosa kolitis). Urogenital. Saluran
urogenital biasanya steril dengan pengecualian vagina dan distal 1 cm dari
uretra. Berbagai anggota dari genusLactobaci ll us menonjol dalam vagina.
Organisme ini umumnya lebih rendah pH sekitar 4-5, yang optimal untuk
lactobacilli tetapi penghambatan untuk pertumbuhan bakteri lainnya. Hilangnya
efek perlindungan ini oleh terapi antibiotik dapat menyebabkan infeksi
olehCandida ( “ragi infeksi”). Uretra sebagian besar kulit dapat mengandung
mikroorganisme termasuk Staphylococci, Streptokokus dan Diphtheroid.
Mikroorganisme tidak
saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh manusia. Tubuh
manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia
dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
secara alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
1.8 Pengertian dan Asal Mula Flora Tubuh Manusia
1. Pengertian
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.
Mikroba tidak hanya terdapat di
lingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara alamiah
menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota.
Selain itu juga disebutkan bahwa flora normal
adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia
normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia
adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat
ditemukan pada orang sehat
2. Asal Mula Mikrobiota Manusia
Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme
ketika melewati sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu diperolehnya
melalui kontak permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini
segera disertai oleh mikroba-mikroba lain dari banyak sumber yang langsung
berada di sekeliling bayi yang baru lahir tersebut.
3. Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia
Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)
Mikroorganisme tetap yaitu mikroorganisme jenis
tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia
tertentu
2.
Mikroorganisme sementara (transient flora)
Mikroorganisme sementara yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial
patogen yang berada di kulit dan selaput lendir atau mukosa selama kurun waktu
beberapa jam, hari, atau minggu.
1.8 Penyebaran Flora Normal pada Organ Tubuh Manusia
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak
langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus + saluran
urogenital dibagian muara tubuh, mata, dan telinga. Organ-organ dan jaringan
biasanya steril.
1.
Penyebaran dan terjadinya mikrobiota manusia
a.
Kulit
Bakteri kulit kebanyakan ditemukan pada
epithelium yang seakan bersisik (lapisan luar epidermis), yang membentuk koloni
pada permukaan sel-sel yang mati. Bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri aerobik,
atau difteroid
b.
Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)
Pada hidung terdapat flora normal utama yaitu
dari Corinebacteria, stafilococcus (S. epidermidids, S. aureus) dan
streptococcus.
c.
Mulut
Mulut adalah lingkungan yang sangat ideal bagi
pertumbuhan bakteri. Pada waktu lahir, rongga mulut adalah suatu inkubator yang
steril, hangat, dan lembab yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur
terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senya
anorganik.
d.
Orafaring (oropharinx)
Orafaring yaitu bagian belakang mulut yang juga
banyak dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus
aureus dan S. epidermidis
dan juga difteroid. Tetapi streptokokus hemolitik (Streptokokus viridians) yang merupakan
penghuni asli dari orofaring .
e.
Perut
Bila isi perut sehat maka keadaannya akan steril
karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung. Namun ketika kita
makan maka jumlah bakteri akan bertambah
dan bakteri akan menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung
dan pH zat alir perutpun akan menurun .
f.
Usus kecil
Pada usus kecil bagian atas (usus dua belas
jari) mengandung beberapa bakteri, yaitu kokus dan basilus gram positif. Khamir
Candida albicans dapat juga di
jumpai pada bagian usus kecil ini.
g.
Usus Besar
Dalam tubuh manusia, banyak sekali populasi
mikroba Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides
(B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus
gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (serta
spesies-spesies Lactobacillus.
h.
Saluran Kemih
Ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih
bebas dari mikroorganisme, namun bakteri dijumpai pada uretra (saluran dari
kandung kemih ke luar) bagian bawah baik wanita maupun laki-laki.
i.
Mata (konjungtiva) dan telinga
Difteroid ( Coynebacterium xerosis), S.
epidermidis dan streptokokus non hemolitik. Neisiria dan basil gram negative yang menyerupai
spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada.
j.
Bakteri di Daerah dan jaringan
Pada saat keadaan normal darah dan jaringan steril. Terkadang karena
manipulasi seperti saat mengunyah, menyikat gigi, flora komensial dari mulut
dapat masuk ke jaringan atau darah.
1.9.Peranan Flora Normal pada Tubuh Manusia
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat
komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor
biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta
zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk
kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa
hidup.
Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa
anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan
berbagai zat makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit
dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat
gangguan bakteri.
Sebaliknya, flora normal
juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu.
1.9 Interaksi/ Hubungan Inang (hospes) dan Parasit
(kuman)
a. Parasitologi ialah ilmu yang mempelajari tentang
jasad-jasad yang hidup untuk sementara atau tetap, pada permukaan atau dalam
jasad hidup lain dengan maksud untuk mengambil makanan dan mempelajari hubungan
antara jasad-jasad dengan hospesnya.
b. parasit adalah makhluk yang mengadakan invasi
(oknumnya disebut invander) untuk mendapat makanan, tempat tinggal,
perlindungan dan kesempatan terbaik di dalam inangnya.
c. Parasitisme adalah hubungan yang majemuk antara parasit dengan satu atau lebih inang,
dan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya
1.10
Patogenitas
Patogen adalah organisme atau mikroorganisme
yang menyebabkan penyakit pada
organism lain. patogenisitas ialah kemampuan pathogen untuk menyebabkan
penyakit. patogenesis adalah mekanisme infeksi dan mekanisme
perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit.
Mekanisme Patogenitas : Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada
permukaan tubuh bersifat komensal. Permukaan pada bagian tubuh tertentu bergantung
pada faktor -faktor bioklogis seperti suhu, kelembaban dan tidak adanya nutrisi
tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan
flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang
dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bias hidup. Flora yang hidup di
bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran
pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
1.12 Contoh – contoh Bakteri patogen pada saluran pencernaan
1.
Escherichia coli
Habitat
Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan .
Virulensi dan Infeksi
Penyebab diare dan
Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi melalui konsumsi
air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya dapat menghancurkan sel-sel yang
melapisi saluran pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke
ginjal dan hati. Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak
dan orang tua.
Patogenesis
Untuk Escherichia coli, penyakit yang
sering ditimbulkan adalah diare. E. coli sendiri diklasifikasikan
berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup klasifikasinya memiliki
mekanisme penularan yang berbeda-beda.
a. E. Coli Enteropatogenik (EPEC)
b. E. Coli Enterotoksigenik (ETEC)
c. E. Coli Enterohemoragik (EHEC)
d. E. Coli Enteroinvansif (EIEC)
e. E. Coli Enteroagregatif (EAEC)
Penularan
Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang
terinfeksi secara langsung, seperti :
a.
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
b. Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah
selesai buang air besar atau membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga
kontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
2.
Bacillus cereus
Habitat
Sangat umum berada di dalam tanah dan tumbuh-tumbuhan.
Virulensi dan Infeksi
a.
Ada dua jenis penyakit yang berhubungan dengan Bacillus cereus.
Yang paling umum adalah penyakit diare disertai dengan sakit perut.
b.
Jenis penyakit kedua adalah penyakit yang menyebabkan muntah sering
dikaitkan dengan konsumsi beras tidak benar didinginkan setelah memasak.
3.
Shigella sp.
Habitat
Habitat pada Shigella sp. ini adalah saluran pencernaan manusia. Dia
dapat tumbuh subur di usus manusa.
Virulensi dan Infeksi
Bakteri Shigella sp. dalam infeksinya melewati fase oral. Bakteri
ini mampu mengeluarkan toksin LT. Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel
mukosa usus halus, berkembang biak di daerah invasi tersebut.
Patogenesis
a.
Shigella mempenetrasi intraseluler epitel usus besar
b.
Terjadi perbanyakan bakteri
c.
Menghasilkan edotoksin yang mempunyai kegiatan biologis
d.
S. Dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang mempunya sifat neorotoksik dan enterotoksik
Penularan
Infeksi Shigella sp. dapat diperoleh dari
makanan yang sudah terkontaminasi, walaupun keliatannya makanan itu terlihat
normal. Air pun juga dapat menjadi salah satu hal yang terkontaminas dengan
bakteri ini. Artinya,
4.
Salmonella sp.
Habitat
Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin,
jika terkontaminasi melalui kulit,akan tumbuh dan berkembang pada saluran
pencernaan manusia.
Infeksi
Masuk
ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat
yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya
dinding usus.
Patogenesis
a.
Menghasilkan toksin LT.
b.
Invasi ke sel mukosa usus halus.
c.
Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.
d.
Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkan
infiltrasi sel-sel radang.
Penularan
Melalui makanan yang erat kaitannya dengan
perjamuan makanan. Terjadi sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontak
makanan yang terjangkit atau terkontaminasi bakteri.
1.13 Virulensi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Virulensi
Virulensi adalah derajat tingkat
patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang diperlukan untuk
menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu.
Faktor
Virulensi Bakteri
- Transmisibilitas: : Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur: pernapasan, pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka.
- Pelekatan: Beberapa bakteri seperti Escherichia coli menggunakan en:pili untuk melekat pada permukaan sel inang mereka.
- Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yang dapat masuk ke dalam sel inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari titik awal infeksi. Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang mendegradasi matriks ektraseluler seperti kolagenase.
a.
Enzim ekstraselular
b.
Hialuronidase
c.
Lesitinase
d.
Kolagenase
e.
Koagulase
f.
Leukosidin
- Toksin bakteri
a.
Eksotoksin
b.
Endotoksin
5.
Faktor lain yang Mempengaruhi Infeksi
Faktor – faktor selain virulensi yang
mempengaruhi infeksi (kusumaputri 2012):
a)
Afinitas jaringan
b)
Gerbang masuk
c)
Pemindah sebaran