BAB I
PENDAHULUAN
1.
Pengertian Hutan
Hutan adalah
sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah, dan
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang
paling penting.
Hutan
adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan
hutan baik di daerah tropis maupun
daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil
maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan
juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati
daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri
adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu
berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja.
Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu
yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika
mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda
daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis,
rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang
hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya.
Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan
(hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk
bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan
sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal
ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman
1.1 Hutan hujan tropika
Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis
sebagai hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembap, yang dapat ditemui di
wilayah sekitar khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara
dan ke selatan garis khatulistiwa. Hutan-hutan ini didapati di Asia, Australia, Afrika, Amerika
Selatan, Amerika
Tengah, Meksiko dan Kepulauan
Pasifik. Dalam peristilahan bahasa Inggris, formasi hutan ini dikenal sebagai lowland equatorial evergreen
rainforest, tropical lowland evergreen rainforest, atau secara
ringkas disebut tropical rainforest. Hutan hujan tropika merupakan rumah
untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi
terbesar dunia" karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di
hutan hujan ini.
1.2
Karakteristik ekologis
Hutan hujan tropika
terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750 millimetre
(69 in) dan 2.000 millimetre (79 in). Sedangkan rata-rata
temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun. Hutan
basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak
tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering< 2) .
Hutan hujan tropika
merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya
lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar
yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya
tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan
rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan
tajuk atas di hutan ini:
- Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
- Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
- Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Kanopi hutan banyak
mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan rerantingan. Tajuk atas ini demikian
padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi kehidupan di lapis bawahnya.
Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas keberadaannya oleh sebab kurangnya
cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan, sehingga orang dan hewan cukup
leluasa berjalan di dasar hutan. Ada dua lapisan tajuk lagi di aras lantai
hutan, yakni lapisan semak dan lapisan vegetasi penutup tanah. Lantai hutan
sangat kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis tumbuhan yang toleran terhadap
naungan yang bertahan hidup di sini; di samping jenis-jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk.
Akan tetapi kehidupan yang
tidak begitu memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan organisme pengurai (dekomposer) lainnya tumbuh berlimpah ruah.
Dedaunan, buah-buahan, ranting, dan bahkan batang kayu yang rebah, segera
menjadi busuk diuraikan oleh aneka organisme. Semut raksasa juga hidup di sini. Pada saat-saat tertentu ketika tajuk tersibak atau
terbuka karena sesuatu sebab (pohon yang tumbang, misalnya), lantai hutan yang
kini kaya sinar matahari segera diinvasi oleh berbagai jenis terna, semak dan
anakan pohon; membentuk sejenis rimba yang rapat.
1.3 Penyebaran geografis
Hutan hujan dataran rendah
tropika ini ditemukan baik di kawasan Malesia maupun di Amerika tropis; namun kemungkinan tidak terbentuk di Afrika. Di luar wilayah Malesia, hutan-hutan ini di Asia didapati sedikit-sedikit
di sekitar Asam dan Burma, sepanjang jalur sempit di Ghats Barat (India), Kepulauan
Andaman, di perbatasan Thailand dengan Kamboja, di Cina selatan, Hainan dan Taiwan, serta di Pasifik di Kepulauan Melanesia dan mungkin pula Mikronesia
1.4
Karakteristik Hutan Dataran Rendah
Dataran rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas sampai
ketinggian sekitar 200 m dari permukaan laut. Tanah ini
biasanya ditemukan di sekitar pantai, tetapi ada juga yang terletak di
pedalaman. Di Indonesia banyak dijumpai dataran rendah, misalnya pantai timur
Sumatera, pantai utara Jawa Barat, pantai selatan Kalimantan, Irian Jaya bagian
barat, dan lain-lain. Dataran rendah terjadi akibat proses sedimentasi.
Di
Indonesia dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini disebut dataran aluvial. Dataran aluvial biasanya
berhadapan dengan pantai landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya
subur, sehingga penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah
pegunungan (Anonymous,2009). Dataran rendah mempunyai tekanan udara lebih tinggi sedangkan pegunungan,
tekanan udaranya lebih rendah. perpindahan udara terjadi dari tekanan udara yg
tinggi ke rendah. (Anonymous,2009).
1.5
Synusiae
Suatu
synusia adalah suatu kelompok tumbuhan dari bentuk hidup yang serupa mengisi
relung yang sama dan berperan serupa di dalam komunitas dimana bentuknya
terpisah (Richards 1952); Ini merupakan suatu bentuk hidup komunitas terpisah.
Synusiae menyediakan suatu bahan untuk menganalisa masyarakat tumbuhan yang
kompleks. Richards (1952) telah memperkenalkan suatu penggolongan yang praktis
untuk synusiae hutan hujan tropis:
A.
Tumbuhan Autotrophic (dengan butir hijau daun)
·
Tumbuhan Independent Mekanis
1.
pohon dan treelets;
2.
herba.
·
Tumbuhan Dependent Mekanis
1.
Pemanjat
2.
para pencekik
3.
epiphytes (termasuk semi-parasitic epiphytes).
B.
Tumbuhan Heterotrophic (tanpa butir hijau
daun).
·
Saprophytes.
·
Parasites.
Jenis
sangat berbeda hubungan taxonomic menyusun synusiae. Seperti halnya yang
dipunyai bentuk hidup umum, banyak juga mempunyai physiognomy yang sangat
serupa. Penyajian yang relatif tentang kelompok ekologis berbeda dalam berbagai formasi hutan. Mereka adalah mewakili seluruh
hutan hujan dataran rendah yang hijau tropis. Synusiae terjadi sepanjang daerah
tropis di mana saja Formasi ditemukan.
1.6
Siklus Pertumbuhan Hutan
Pohon
ada yang mati dan secepatnya mati disebabkan umur yang tua, biasanya dari ujung
cabang memutar kembali kepada tajuk, sedemikian sehingga spesimen hampir mati
tua (`overmature' di dalam bahasa rimbawan) adalah ‘‘stagheaded'', dengan dahan
lebat yang diarahkan oleh hilangnya anggota yang semakin langsing; lubang
biasanya berongga pada tingkat ini. Gugur tajuk ke bawah adalah bagiannya, dan
secepatnya batang dan musim gugur potongan dahan sisanya, sering menyurut oleh
suatu hembusan keras badai yang diawali dengan angin. Alternatif batang
terpisah sebagai kolom berdiri. Banyak pohon tidak pernah menjangkau tingkat
lanjut seperti itu tetapi diserang mati oleh kilat atau turun satu demi satu
atau di dalam kelompok pada kedewasaan utama mereka atau lebih awal.
1.7 Stratifikasi
Hutan
sering dianggap menjadi lapisan atau strata dan formasi hutan berbeda untuk
mendapatkan jumlah strata berbeda & Strata ( Lapisan, atau tingkat) sering
mudah dilihat dalam hutan atau pada suatu diagram profil, tetapi kadang tidak
dapat.
Pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total tingginya pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon. Pandangan yang klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah tropis hutan hujan adalah bahwa ada lima strata, A-E.
Pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total tingginya pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon. Pandangan yang klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah tropis hutan hujan adalah bahwa ada lima strata, A-E.
Lapisan
A merupakan lapisan paling tinggi pohon yang paling besar yang biasanya berdiri
seperti terisolasi atau kelompok yang muncul kepala dan bahu, di atas berlanjut
lapisan B, kanopi yang utama. Di bawah B adalah suatu tingkat pohon lebih
rendah, Lapisan C ditunjukan bergabung dalam B kecuali pada dua poin-poin dekat
akhir. Lapisan D adalah berhutan treelets dan lapisan E forest-floor
tumbuh-tumbuhan herba dan semaian bibit kecil. Bersama-Sama ini lima lapisan
menjadi anggota synusiae dari tumbuhan autotrophic independent mekanis.
Dihubungkan dengan Lapisan struktural ini, sering kasus yang di dalam strata
yang lebih rendah tajuk pohon kebanyakan lebih tinggi dari lebar, dan
sebaliknya.
Lapisan bentuk
tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon. Pohon muda masih bertumbuh
tingginya lingkar hampir selalu monopodial, dengan batang tunggal (ada beberapa
perkecualian, sebagai contoh Alstonia), dan tajuk pada umumnya sempit dan
jangkung. Pohon Dewasa kebanyakan jenis adalah sympodial, tanpa batang pusat
tunggal, dan beberapa dahan melanjut untuk tumbuh menambah lebar tajuk setelah
dewasa tingginya telah dicapai; pada umumnya, sympodial tajuk lebih luas
dibanding dalam, terus meningkat sangat dengan meningkatnya umur pohon. Pohon
lebih pendek belum dewasa dibanding yang tinggi. Lapisan bentuk tajuk begitu
sangat diharapkan.
Pertumbuhan
Tinggi kebanyakan jenis pohon menjadi sempurna ketika hanya antara sepertiga
dan setengah mencapai lubang diameter akhir. Diikuti daun-daunan akan cenderung
untuk dipusatkan berlapis-lapis di mana suatu jenis atau suatu kelompok jenis
dari dewasa serupa tingginya mendominasi suatu posisi, sebagai contoh, di dalam
hutan dipterocarp.
Lapisan
struktural kadang-kadang kelihatan pada diagram profil atau di dalam hutan dan
jumlah dan tingginya lapisan akan tergantung pada tahap atau mewakili tahap
siklus pertumbuhan. Tiga lapisan pohon di dalam pohon hutan hujan tropis yang
selalu hijau dataran rendah adalah suatu yang abstrak menyenangkan menghadirkan
status yang umum bangunan dan tahap dewasa mempertimbangkan bersama-sama.
Tetapi pengambilan data dari suatu area tanpa memperhatikan langkah-langkah
yang phasic akan pada umumnya mengaburkan keberadaan lapisan, kecuali Hutan
dengan sedikit jenis atau kelompok yang mendewasakan pada kemuliaan berbeda.Pada
daerah yang luas ini tingkat umumnya dikatakan lapisan C atau lapisan pohon
bawah berisi kebanyakan jenis dua famili pohon paling besar, Euphorbiaceae dan
Rubiaceae, dan banyak Annonaceae, Lauraceae, dan Myristicaceae, di antara yang
lain.
Pohon yang
mencapai puncak kanopi terlihat ke atmospir eksternal, sangat terisolasi, temperatur tinggi, dan pergerakan
angin harus dipertimbangkan, dan harus yang sesuai diadaptasikan secara
fisiologis. Di dalam kanopi microclimate sungguh berbeda.
1.8 Bentuk Pohon
Pohon adalah
bentuk hidup yang utama pada hutan hujan. Bahkan tumbuhan bawah sebagian besar
terdiri dari tambuhan berkayu berbentuk pohon
berhutan; semak belukar yang terlihat jarang, meskipun demikian lapisan D
sering dengan bebas disebut “lapisan semak belukar”.
1.9
Tajuk
Aspek yang
paling penting dari bentuk pohon untuk rimbawan yang disebut dalam bagian yang
sebelumnya, adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan sympodial.
Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika mereka dewasa tetapi
beberapa mempertahankan bentuk tajuk monopodial sepanjang seluruh hidup,
sebagai contoh, semua Annonaceae dan Myristicaceae di hutan tropis timur jauh,
ini umum terjadi di antara jenis pohon kecil berkembang di dalam kanopi.
Rimbawan tertarik dengan volume kayu yang meningkat per area, dan pohon-pohon
monopodial dengan karakteristik tajuk yang sempit, merupakan subyek yang lebih
baik dalam penanaman dibandingkan jenis sympodial. Ini merupakan salah satu
alasan mengapa conifer yang akan ditanam pada tropika basah yang memiliki daya
tarik lebih untuk diperhatikan, khusunya Pinus spp tropis, dan Araucaria dan
mengapa Shorea spp dari kelompok Dipterocarpaceae kayu Meranti Merah Terang dan
jenis cepat tumbuh lainnya, jenis yang memerlukan cahaya, jenis kayu keras asli
setempat, seperti Albizia falcata, Campnosperma, Endospernum dan Octomeles,
memiliki perhatian yang terbatas.
Tajuk pohon
memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk
adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus
bilateral simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut
dari tunas dan daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan
pembatasan jumlah total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk.
Arsitektur pohon tidak berkorelasi baik dengan taksonomi, beberapa famili kaya
akan model, contohnya Euphorbiaceae dan yang lain miskin, contohnya
Myristicaceae.