BAB
I
PENDAHULUAN
Hampir
setiap bagian dari anatomi burung yang khas termodifikasi dalam beberapa hal
untuk meningkatkan kemampuan terbang. Tulang-tulang burung memiliki struktur
internal yang menyerupai sarang lebah, yang membuat mereka kuat namun ringan.
Adaptasi lain yang mengurangi berat burung adalah tidak adanya beberapa organ,
misalnya :
1.
Pada burung betina yang hanya
memiliki satu ovarium.
2.
Selain itu burung modern juga tidak
bergigi, suatu adaptasi yang mengurangi bobot kepala.
3.
Daptasi lainnya seperti makanan yang
tidak dikunyah dalam mulut tetapi digerus di dalam Empedal (organ
pencernaan yang terletak dekat lambung).
4.
Paruh burung yang terbuat dari
keratin, terbukti sangat adaptif selama evolusi burung dan terdapat
dalam beragam bentukyang sesuai dengan jenis makanan yang berbeda- beda. Saat
terbang burung memerlukan banyak sekali pengeluaran energi dari
metabolisme aktif. Burung merupakan hewan endodermik yang menggunakan
panas metabolismenya sendiri untuk mempertahankan suhu tubuh yang hangat
dan konstan. Bulu dan lapisan lemak pada beberapa spesies memberikan
penyekatan yang memungkinkan unggas untuk mempertahankan panas yang
dihasilkan dari metabolisme tersebut.
Sistem pernafasan yang efisien dan sebuah sistem peredaran
darah dengan sebuah jantung empat-ruang menjaga agar jaringan tetap mendapat
suplai oksigen dan zat-zat makanan yang mencukupi, sehingga mendukung laju
metabolisme yang kuat. Paru-paru yang efisien memiliki pipa halus yang menuju
ke dan dari kantung udara elastis yang membantu membuang panas dan mengurangi
kerapatan tubuh.
Untuk penerbangan yang aman, dibutuhkan alat indera yang
tajam untuk penglihatan. Burung memiliki mata yang sangat bagus, mungkin yang
terbaik diantara semua vertebrata . Secara proporsional, otak burung lebih
besar dibandingkan dengan otak reptile dan amfibi, burung umumnya
memperlihatkan perilaku yang sangat kompleks. Tingkah laku burung umumnya
sangat rumit selama musim kawin. Karena telur sudah bercangkang saat
dikeluarkan, fertilisasi harus terjadi secara internal. Kopulasi melibatkan
kontak antara lubang pasangan kawin tersebut, yaitu lubang bukaan kloakanya
masing-masing. Setelah telur diletakkan, embrio burung harus dipertahankan dan
dijaga supaya tetap hangat dengan di erami oleh induk betina, induk jantan,
atau keduanya, bergantung pada spesies.
Adaptasi burung yang paling jelas untuk terbang adalah
sayap. Sayap burung merupakan airfoil yang menggambarkan prinsip aerodinamika
yang sama seperti sayap pesawat terbang. Untuk menyediakan kekuatan untuk
terbang, burung mengepakkan sayapnya dengan cara kontraksi otot pectoral (dada)
besar yang ditambatkanke suatu taju (keel) pada tulang dada. Beberapa burung, seperti
burung rajawali dan elang, memiliki sayap yang diadaptasikan untuk meluncur
hanya dengan bantuan aliran udara maupun tiupan angin dan hanya sekali
mengepakkan sayapnya. Burung lain seperti burung kolibri, harus mengepakkan
sayapnya terus menerus untuk mempertahankan dirinya tetap melayang di udara.
Pada kedua kasus tersebut, bentuk dan pengaturan bulu itulah yang membentuk
sayap menjadi suatu airfoil.
BAB
II
PEMBAHASAN
ZOOLOGY
VERTEBRATA
(AVES)
2. 1
VERTEBRATA
Vertebrata merupakan kelompok hewan
yang memiliki tulang belakang. Dalam system klasifikasi, vertebrata merupakan
subilum chordata. Chordate meliputi hewan yang memilki cirri-ciri:
1.
Memiliki notokord, yaitu kerangka
keras tetapi lentur.
2.
Memiliki tali rantai syaraf tunggal,
berlubang terletak didorsal notokord, dan memiliki anterior yang membesar
berupa otak.
3.
Memiliki ekor yang memanjang kearah
posterior terhadap anus.
4.
Memiliki cela faring.
Filum chordate terdiri dari tiga
subfilum, yaitu urochordata, cepalochordata, dan vertebrata.
2.1.1ciri-ciri tubuh
a.
Tubuh terdiri atas kepala, badan,
dua pasang anggota badan, dan ekor pada sebagian verteb.
b.
Kulit terdiri atas dua bagian yaitu
epidermis dan dermis yang menghasilkan rambut, sisik, bulu, kelenjar.
c.
Endoskeleton tersusun atas tulang
atau tulang rawan.Faring bercela, merupakan tempat insang pada ikan.
d.
Otot melekat pada endoskeleton untuk
bergerak.
e.
System pencernaan memilki kelenjar
pencernaan, hati , dan pancreas.
f.
Jantung beruang dua atau empat
g.
Darah mengandung sel darah putih dan
sel darah merah berhemoglobin.
h.
Rongga tubuh mengandung system
visceral.
i.
Ginjal sepasang dengan salurannya
untuk mengeluarkan zat sisa.
j.
Gonad sepasang pada betina dan
jantan.
2.1.2
Habitat
Vertebrata hidup diberbagai tempat didarat maupun
diperairan, lautan, danau dan sungai.
2.1.3
Klasifikasi
Vertebrata dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan ada
tidaknya rahang. Vertebrata dengan mulut tidak berahang dikelompokkan dalam
kelas agnatha, sedankan vertebrata dengan mulut yang berahang dikelompokkan
dalam kelas gnathostomata.
Hewan yang tergolong agnatha diantaranya adalah belut,
sedangkan yang tergolong gnathostomata terbagi atas enam kelas, yaitu
amphibian, reptile, aves, pisces, mamalia, chondrichthyes, dan osteichyes.
Namun pada pembahan ini, kami hanya akan membahas lebih fokus pada kelas aves.
2.2 Aves
Aves adalah hewan yang dapat dikenal orang.
Karna dapat dilihat dimana-mana. Aktif pada siang hari dan unik dalam hal
memiliki bulu yang menutupi tubuh dan suara yang merdu mengundang daya tarik
mata dan telinga manusia sehingga dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Dengan bulu aves dapat mengatur suhu tubuh dan terbang. Dengan kemampuan
terbang tersebut aves dapat mendiami semua habitat. Sebagian aves memiliki
sumber protein yang tinggi dan juga bias diternakkan. Kata aves berasal dari
kata latin dipakai sebagai nama klas, sedangkan ornis berasal dari kata yunani
ornithology yang berarti ilmu yang mempelajari burung-burung.
Aves
adalah hewan yang tubuhnya tertutup bulu, tidak memiliki gigi, berjalan dengan
dua kaki dan memilii struktur tulang yang termodifikasi sehingga dapat
berfungsi untuk terbang (Steves, 1996). Welty, (1982) menambahkan bahwa aves
memilki tungkai atau lengan depan yang termodifikasi untuk terbang, tungkai
belakang termodifikasi untuk berjalan, berenang, dan hinggap, jantung memiliki
empat ruang, rangka ringan, memilki kantong udara, berdarah panas, tidak
memiliki kandung kemih dan bertelur.
2.2.1
Ciri-Ciri Aves
2.2.1.1 Ciri-Ciri Umum
a)
Kelompok aves mencakup 10.000
spesies diseluruh dunia dan terdapat 8.700 spesies di antartika.
b)
Aves termasuk hean yang berdarah
panas.
c)
Homolothermis.
d)
Mencakup 30 ordo yang bervariasi.
2.2.1.2
ciri-ciri khusus
a. Tubuh terbungkus bulu.
b. Berparuh dari bahan kelapa.
c. Struktur tulang menyerupai sarang lebah sehingga
kerangkanya kuat dan ringan.
d. Memiliki empedal untuk menghancurkan makanan
e. Lambung berotot besar.
f. Jantung beruang empat.
g. Memilki kantung udara.
h. Indra penglihatan yang tajam.
i. Fertilisai secara internal.
j. Bertelur sehingga tergolong hean ovivar,
dengan cirri telur bercangkang dan kuning telur besar.
k. Mengerami telurnya dan merawat anak.
l. Memilki 12 nervi cranialis.
m. Tidak memiliki vesica urinaria.
n. Skeleton kecil dan baik, kuat dan
penulangannya sempurna, pada bagian mulut terdapat bagian yang
terproyeksi sebagi paruh yangterbungkus zat tanduk.
o. Memiliki dua pasang anggota gerak,
anterior (sayap) dan posterior (kaki).
Aves
menunjukkan kemajuandibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang
mendahului dalam hal:
a. Tubuh memiliki
penutup yang bersifat isolasi.
b. Darah vena dan darah arteri
terpisah secara sempurna dalam sirkulasi dan jantung.
c. Pengaturan suhu
tubuh.
d. Rata-rata metabolismenya
tinggi.
e. Memiliki kemampuan
untuk terbang.
f. Suaranya berkembanga
dengan baik.
g. Menjaga anaknya secara
khusus.
Hal-hal
tersebut diatas menunjukkan kedudukan aves lebih tinggi dibandingkan dengan
reptile. Sedangkan dengan mamalia berbeda dari segi penutup tubuh, kemampuan
terbang dan hal reproduksi.
Aves hidup
didarat. Sebagian spesies mendiami pohon-pohon. Jenis tertentu seperti penguin
hidup didaratan kutup utara namun mencari makan dengan berenangdilautan. Jenis
lainnya juga mencari makan didanau dan air tawar. Kelompok vertebrata ini
dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan terbang yaitu, karinata
dan ratite.
Burung
yang tergolong karinata adalah yang memilki taju dada yang berfungsi menyokong
otot dada dan member kekuatan pada saat terbang. Hamper 60 % karinata termasuk
dalam ordo passeri forms atau burung bertengger. Contohnya burung dara,
merpati, layanglayang, dan burung pipit.
Burung
yang tergolong ratite tidak memilki otot dada karna tidak memiliki rongga otot
dada yang terlalu besar. Contohnya adalah burung unta, kiwi dan emu.
2.2.2
Struktur Anatomi Dan Fisiologi Aves
Tubuh dibedakan atas kepala, leher yang
biasanya panjang, badan dan ekor. Sepasang sayap yang terlipat seperti huruf z
pada saat tidak terbang, kaki, otot paha yang kuat, sedangkan bahagian bawahnya
bersisik dan bercakar.
Mulut
memilki paruh yang terbentuk oleh maxilla pada ruang atas dan mandibula pada
ruang bawah. Bagian dalam rostum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera.
Sedang kan dibahagian luar dilapisi oleh pembungkus yang berupa zat tanduk.
Pada atap paruh terdapat lubang hidung atau nares.
2.2.2.1
Penutup tubuh (bulu)
Tubuh
dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tidak melekat pada otot. Dari kulit akan
muncul bulu yang merupakan hasil dari pertumbuhan epidermis menjadi bentuk
ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten.
Bulu
adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir
seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar
bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk
lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang
lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
2.2.2.1.1
Berdasarkan susunan anatomi bulu dibagi atas tiga macam, yaitu;
1.
Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang –cabang pendek dan halus.
2.
Plumulae, berbentuk hamper sebagai filoplumae dengan perbedaan ditael.
3.
Plumae, merupakan bulu yang sempurna.
Jika ditinjau lebih jauh susunan plumae, maka terdiri atas:
a)
Calamus, sebagi pangkal tangkai
bulu.
b)
Rhachis, merupakan kelanjutan
kalamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga didalamnya.
c)
Vexillum, sebagai bendera yang
tersusun atas barbae yang merupakan cabang- cabang ke lateral rhachis.
Tiap-tiap barbae mempunyai cabang-cabang lagi yang disebut barbulae.
Yang distal menuju ucuk barbulae dan proximal menuju kearah pangkal bulu
. Lubang pada pngkal calumus disebut umbilicus inferior, sedang
a)
lubang pada pucuk
kalamus umbilicus superior. Waktu bulu masih muda, kedua umbilicus
dilewati oleh pembulu darah yang me mbawa
zat-zat makan bagi bulu muda
itu.
2.2.2.1.2
menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
1.
Tectrices, yang menutupi badan.
2.
Rectrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai kemudi.
3.
Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas:
a)
Remiges premariae yang melekatnya
secara digital pada digiti dan secra metacarpal pada metacarpalia.
b)
Remiges sekundariae, yang melekatnya
secara kubital pada radio ulna.
4.
Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
5.
Alaspuria, sebgai bulu kecil yang menepel pada poluk.
.2.2.1.3
Warna Bulu
Warna bulu
dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur
bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna
pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan
lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau
karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu: zooeritrin (animal red)
dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir
eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu
hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Butir-butir
melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan
menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak
dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung
bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru.
Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar
kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen
tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap
dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003).
Salah satu
spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning
telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari
pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski
warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal
maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah
warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya. Faktor internal yang
mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna
dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan,
yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina
kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan
gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar
matahari.
2.2.2.1.4
Aransemen Bulu
Bulu-bulu
burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas
yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut
apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi
hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan
bidangnya berada, yaitu:
1.
capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala
dan terus ke pterilae berikutnya.
2.
Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar
ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
3. Ventral
tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral
leher.
Biasanya
bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir
disekitar anus. Bagian apterilae dada bawah dan perut beberapa burung, kaya
pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch).
Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
4. Humeral
tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke
belakang pada sisi pundak.
5. Caudal
tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
6. Alar
tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan sisa
jari
kedua.
Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut dngan
covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
7. Femoral
tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke
tubuh.
8. Crural
tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).
2.2.2.1.5
Pergantian Bulu
Bulu
burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi
dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan
digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut
dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun
dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya
burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri
betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun. Pergantian bulu
biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang
mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya
hormon tiroksin.
Sempurnanya
bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada
beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu.
Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies
burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret
bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu
pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan
diganti yang baru, sebagai berikut :
a.
Juvenal plumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada
burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu
first winter plumage.
b.
First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir
musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari
spesiesnya.
c.
First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang
akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
d.
Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa
pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun
pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin
kedua pada musim semi berikutnya.
Warna bulu
burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih
dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah
terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim
bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar
abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat
terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
2.2.2.1.6
Fungsi Bulu
1.
Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang- goyangkan bulu
mereka dalam cuaca dingin.
2.
Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan
melicinkan bulu-bulu mereka.
3.
Penutup tubuh.
4.
Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor
memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk
mengemudi dan mengerem.
5.
Untuk memperindah tubuh.
6.
Plumae berfungsi agar dapat terbang.
7.
Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
8.
Filoplumae Berfungsi sebagai sensor
9. Mengangkat tubuh burung di udara, Menahan
panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.Untuk melindungi
kulit dari serangga.
10. Untuk
menghangatkan telur pada saat mengerami
2.2.2.2
System Skeleton
Skeleton
aves jika dibandingkan dengan mamalia dan reptile merupakan tulang yang
berongga dan ringan. Hal ini merupakan modifikasi untuk terbang. Tulang
tempurungnya pada hean yang masih muda terpisah, setela tua akan bersenyawa
menjadi satu. Tempurung kepala terdiri atas kotak otak yang bulat, rongga mata
dan rahang terproyeksi keluar sebagai paruh, rahang bawah bersendi dengan
tulang kuadrat.
16
vertebrae cervicalis, yang masing masing memilki persendian yang berbentuk
sadel, sehingga mudah dalam gerak mengambil makanan dan yang lainnya. Columna
vertebralis bagian trunkus bersenyawa menjadi satu sehingga trak memilki
persandian dengan costae.
Tulang
torax melindungi alat-alat bagian dalam dan merupakan bgian yang menyokong pada
mekanisme terbang. Tulang-tulang yang mengambil bagian dalam hal ini , yaki;
1.
Tulang vertebrae sebelah dorsal.
2.
Tulang costae yang pipih sebelah lateral. Umumnya aves memiliki 8 buah dan
kadang-kadang tujuh costae.
3.
Tulang sternum sebelah ventral yang memilki tonjolan sebelah median yang
disebut carina, sebagia tempat melekatnya muscullus pectoralis guna keperluan
terbang.
Skeleton
ektremitas posterior terdiri atas femur, patella, crus, yang terdiri atas
fibula yang pendek dan tabiotarsus yang merupakan persatuan dari tulang tibia
dan tarsalia, pes yang terdiri atas tarso meta tarsus sebagi tulang cakar dan
digiti yang memilki ruas phalanx (jari), pada ujung jari terdapat
fulcula(kuku). Empat jari itu, tiga mengarah kemuka dan satu mengarah
kebelakang. Sehubungan keperluan tadi terjadi adaptasi.
2.2.2.2
Systema mulkulus
Gerak
sayap pada aktu terbang dilakukan oleh muculus pectoralis yang terdapat pada
dada , berupa otot daging putih yang dapat dibedakan atas: musculus
pectorais mayor yang terletak sluar dan musculus pectoralis minor yang terletak
sebelah dalam. otot daging femur pada prinsipnya adalah untuk lari dan
menangkap. Otot pada kaki awah jumlahnya lebih sedikit karna untuk menghindari
banyaknya panas yang hilang dan tidak ditumbuhi bulu. Gerak jari kaki
dikendalikan oleh tondon otot daging yang bersambung dengan otot disebelah
atasnya. Gerakan oleh tendon ini dipelancar dengan pelumasan cairan melalui
suatu saluran kecil.
2.2.2.3
Systema digestoria.
Tractus
digestipus terdiri ats paruh, cavum oris, didalamnya terdapat lingua kecil
runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk. Sebagai lanjutannya adalah
parink yang pendek, kemudian oesopagus yang panjang dan pada beberapa burung
terjadi beberapa perluasan yang disebut “crop”, sebagai tempat penimbunan
makanan sementara dan pelunakan.dari crop inilah ada beberapa saluran yang
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Misalnya vesica fellea yang
beberapa jenis aves memilki sebagai penampung billus namun sebagian lain
juga tidak ada yang memilki. Maka berhubungan dengan makanan maka terjadi
berbagai macam adaptasi paruh pada burung. Yang akan dibahas lebih banyak ada
sub adaptasi aves.
2.2.2.4
System peredaran darah
Sebaga
sentra adalah cor, yang terletak dilenea medianan, berbentuk kerucut , diliputi
olehpembungkus pericardium. Terbagi atas emoatruangan: atrium sinistrum dan
dextrum, terpisahkan oleh septum atrium dan vetriculum sinistrum.
Pembuluh
dara arteri keluar dari ventriculum sebanyak tiga buah, yaitu:
a.
Arteri anomina sinistra menuju kekiri
b.
Arteri anomina dextra menuju keknan.
c.
Aorta menuju kekanan, sedangkan archus aortikus menuju kekiri telah hilang.
Pembuluh
darah vena dibedakan atas:
a)
Yang termasuk kedalam atrium dextrum yaitu vena cava superior yang terdiri atas
vena cava superior sinistrum dan vena cava superior dextrum.
b)
Yang termasuk dalam atrium sinistrum yaitu: dua buah vena pulmonalis yang
datang dari pulmo kanan dan kiri.
2.2.3
klasifikasi aves
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Kelas :
Aves
Pembagian
Kelas Aves : Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (ordo) yang
dikenal baik karakteristiknya. Berikut ini hanya dikemukakan karakteristik pada
tingkat sub-kelas.
2.2.3.1
Sub-kelas Archaeornithes (Burung Bengkarung)
Burung-burung
bergigi, telah punah. Hidup dalam priode Jurassik. Metakarpal terpisah. Tidak
ada pigostil. Vertebra kaudal masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan.
Contoh:
Archaeopterygiformes: Archaeopteryx sp. Fosilnya terdapat di Jerman
2.2.3.2
Sub-kelas Neornithes
Ada
yang telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern. Bergigi atau tidak
bergigi. Metakarpal bersatu. Vertebra kaudal tidak ada yang mempunyai bulu
berpasangan. Kebanyakan mempunyai pigostil. Sternum ada yang berlunas, ada pula
yang rata. Mulai ada sejak zaman kretaseus.
2.2.3.3
Odontogenathae
Contoh:
hesperornis dan Ichthyornis, keduanya telah punah. Bergigi.
Ditemukan
di Amerika Serikat.
2.2.3.4
Palaeogenathae.
Burung
berjalan atau sedikit saja terbang. Tulang stertum tidak berlunas.
Semua
dengan tulang vomer yang membentuk jembatan pada tulang langit-langit. Tidak
ada gigi, vertebra kaudal bebas, tulang karakoid dan skapula kecil. Macam-macam
ordo Palaeogenathae:
a.
Ordo Struthioniformes. Contoh: Burung Unta (Struthio camelus)
b.
Ordo Rheiformes. Contoh: Burung Rea (Rhea sp.)
c.
Ordo Casuariiformes. Contoh: Burung Kasuari (emu)
d.
Ordo Dinornithiformes. Contoh: Burung Moa
e.
Ordo Aepyornithiformes. Contoh: Burung Gajah
f.
Ordo Apterygiformes. Contoh: Burung Kiwi
g.
Ordo Tinamiformes. Contoh: Burung Tinamu
2.2.3.5
Impennes. Burung Penguin.
Sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang,
tidak
dapat terbang. Metatarsus bersatu, tetapi tidak sempurna. Empat buah jari
terarah ke muka, jari-jari dengan selaput kulit. Bulu kecil-kecil menutupi
seluruh tubuh. Di bawah kulit terdapat lapisan lemak tebal. Berdiri tegak pada
metatarsus. Dapat dengan cepat menyelam. Terdapat 20 jenis dari golongan
ini.
Ordo Sphenisciformes. Contoh: Aptenodytes forsteri
2.2.3.6
Neogenathae
Burung-burung modern. Berlunas. Metatarsus bersatu. Vomer
kecil dan tidak membentukjembatan pada langit-langit.
a. Ordo Gaviiformes.
Contoh: Gavia immer
b. Ordo Podicipitiformes.
Contoh: Podiceps auritus, Podilymbus podiceps
c. Ordo
Procellariiformes. Contoh: Oceanodroma sp.
d. Ordo Pelecaniformes.
Contoh: Pelecanus erythrorhynchus
e. Ordo Ciconiiformes.
Contoh: Ardea herodias
f. Ordo Anseriformes.
Contoh: Anas platyrhynchos
g. Ordo Falconiformes. Contoh:
Cathartes aura
h. Ordo Galliformes. Contoh:
Phasianus colchicus
i. Ordo
Gruiformes. Contoh: Grus sp.
j. Ordo
Diatrymiformes. Contoh: Diatryma sp.
k. Ordo Charadriiformes.
Contoh: Oxyechus vociferus
l. Ordo
Columbiformes. Contoh: Columba livia
m. Ordo Psittaciformes. Contoh:
Rhynchopsitta sp.
n. Ordo Cuculiformes. Contoh:
Geococcyx sp.
o. Ordo Strigiformes. Contoh:
Tyto alba
p. Ordo Caprimulgiformes.
Contoh: Antrostomus vociferus
q. Ordo Micropodiformes.
Contoh: Chaetura pelagica
r. Ordo
Coliiformes. Contoh: Colius sp.
s. Ordo Trogoniformes.
Contoh: Trogon elegans
t. Ordo
Coraciiformes. Contoh: Megaceryle alcyon
u. Ordo Piciformes. Contoh:
Dendrocopos villosus
v. Ordo Passeriformes. Contoh:
Corvus sp.
Klasifikasi
taksonomi dari beberapa spesies kelas aves
No
|
Ordo
|
Famili
|
Genus
|
Spesies
|
Nama
Lokal
|
Nama
Umum
|
1
|
Galliformes
|
Phasianidae
|
Gallus
|
Gallus
Gallus Domestikus
|
Ayam
Kampung
|
Kampung
Chiken
|
2
|
Galliformes
|
Phasianidae
|
Cortunix
|
Coturnix
Coturnix Japonica
|
Puyuh
Jepang
|
Japanese
Quail
|
3
|
Anseriformes
|
Anatidae
|
Anas
|
Anas
Phlatyrhincos
|
Itik
|
Duck
|
4
|
Columbiformes
|
Columbidae
|
Columba
|
Columba
Livia
|
Merpati
|
Pigeon
|
5
|
Passeriformes
|
Sturnidae
|
Gracula
|
Gracula
Religiota Robusta
|
Beo
Nias
|
Hill
Myna
|
6
|
Psittaciformes
|
Psittacidae
|
Cacatua
|
Cacatua
Mollugensis
|
Kakatua
Maluku
|
Salmon-Crested
Cockatoo
|
7
|
Psittaciformes
|
Psittacidae
|
Cacatua
|
Cacatua
Sulphurea
|
Kakatua
Kecil Jambul Kuning
|
Yellow-Crested
Cockatoo
|
2.2.4
sistem ekskresi aves
Alat
ekskresi burung berupa paru-paru, kulit, dan sepasang ginjal
metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak
memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari pada mamalia
karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1ml kubik jaringan
korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal ini
membentuk lengkung henle kecil.
Air
dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di dalam kloaka juga terjadi
reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang
sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang
bercampur feses.
Khusus
pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal
ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung
garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan
garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya
garam keluar lewat ujung paruh.
2.2.5
Sistem Pernapasan aves
Unggas
dalam hal ini mengambil contoh pada burung, burung mempunyai alat pernafasan
(pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-paru
burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus.
Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus
terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan
posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan
dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus. Paru-paru burung memiliki kurang/lebih
10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm. sepasang
paru-paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru burung
memiliki perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang mengisi
daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus, dan
daerah leher. Alat pernapasan yang terdiri atas:
a. Lubang hidung
b. Celah tekaka pada faring,
berhubungan dengan trakea.
c. Trakea berupa pipa
dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun
disepanjang
trakea.
d. Siring (alat suara),
terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang
menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara.
Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding
trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput iank mudah bergetar.
Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh
otot sternotrakealis dan otot siringialis.
e. Bifurkasi trakea,
yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
f. Bronkus (cabang
trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
g. Paru-paru dengan selaput
pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Burung
mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan
dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu
pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras
suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang
rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak
ke bawah.
Rongga
dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke
dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara.
Pada
waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan
tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi
besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari
pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru
terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di
dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana
mekanisme pernapasan pada burung.
Pertukaran
gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada parabronkus yang banyak mengandung
pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru burung berhubungan dengan sakus pneumatikus
melalui perantara bronkus rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu
pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga membantu memperbesar ruang
siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah hilangnya panas badan yang
terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan, serta
mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang. Perubahan massa jenis
ini dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara.
Pernapasan
burung dilakukan dengan dua macam, yaitu pada terbang dan tidak terbang. Pada
waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga
tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada
membesar dan paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara
luar masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru
akan mengempis sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi,
udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi
sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
Pada waktu
terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat berlangsung karena
tulang-tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk
otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung
udara diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke
bawah. Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut
sehingga terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru. Semakin tinggi terbang,
burung harus semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak
oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit, sedangkan
pada manusia hanya 15-20 kali permenit.
2.2.6
sistem pencernaan dan pola / cara makan aves
Organ
pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran
pencernaan pada burung terdiri atas:
a. Paruh: merupakan
modifikasi dari gigi.
b. Rongga mulut: terdiri atas
rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga
mulut dan tanduk.
c. Tembolok : berupa
saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi
dengan cepat,
d. Lambung terdiri atas:
a) Proventrikulus
(lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya
tipis.
b) Ventrikulus
(lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal.
c) Pada
burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama
makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s
teeth”,
e. Intestinum: terdiri
atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan
ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu,
dan pankreas. Pada burung merpatitidak terdapat kantung empedu.
f. Kloaka : merupakan
muara dari tiga saluran yaitu pencernaan, ekskresi, dan alat kelamin.
Prilaku makan (tanudimadja, 1981) prilaku makan mencakup
konsumsi makanan atau bahan yang bermanfaat baik padat maupun cair. Berdasarkan
kebiasaan makan , burung dibagi dalam kelompok burung predator, pemakan
bangkai, pemakan biji , pemakan buah dan pemakan segala jenis. Misalkan
pada burung wilwo: memiliki 3 cara mencari makan.
1. Berjalan menyusur mencari
lubang mangsa dan menggusur menggunakan paruh beberapa kali dengan paruh dan
mengelilinginya.
2. Mencari mangsa dengan paruh
sedikit terbuka dipermukaan diair dangkal atau lumpur dan berjalan dengan
perlahan dan paruh ¾ berada dalam air.
3. Pengamatan secara lansung.
Burung wilwo akan diam berdiri dekat batas perairan dan mempertahankan posisi
paruh setengah terbuka dan berada dalam air.
Terkadang burung wilwo akan menbentangkan sayap diatas air
sehingga banyak ikan kecil yang berlindung dibaahnya sehingga mudah untuk
menankapnya. Burung wilwo makanannya adalah ikan kecil. Atau berjalan di lumpur
yang terdapat sekitar 15 meter disekitar htan mangrove. Dengan membenamkan paruhnya
ia menangkap kpiting dan beberapa heal laut yang adaa dalam lumpur tersebut.
Banyak lagi prilaku makaan aves yang lain seperti ayam burun penghisap madu dan
lainnya.
Pada kelompok aves yang ain ada 3 cara makan yang berbeda
seperti:
a. Tetap berada ditempat
dan makanan dating sendiri
b. Berjalan kaki kemana – mana
mencari makan
c. Menjadi parasit pada
organism yang lain.
2.2.7 sistem reproduksi dan tingkah laku produksi aves
2.2.6.1 sistem
reproduksi
Kelompok
burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat
kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka.
a. Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat,
bagian- permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi : Tubulus mesonefrus membentuk duktus
aferen dan- epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen.
Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang
membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior
dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka
sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang
kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya
dengan ureter ketika masuk kloaka.
b. Sistem
Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium
aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga
abdomen. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri,-
bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing
dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang
punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang
dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan
mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur
dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
c. Proses
Fertilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium
kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut
rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan
oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka.
Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan
bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada
saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang
telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah
kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih
tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan
dalam sarang.
d. Fungsi
bagian-bagian telur aves :
a. Titik embrio –>
bagian yang akan berkembang menjandi embrio
b. Kuning telur –> cadangan
makanan embrio
c. Kalaza –> menjaga
goncangan embrio
d. Putih telur –> menjaga
embrio dari goncangan
e. Rongga udara –>
cadangan oksigen bagi embrio
2.2.6.2 tingkah laku prouksi
Pengamatan tingkah laku reproduksi pada aves yang
dijumpai oleh para peneliti selama melakukan penelitian tentang prilaku aves
pada saat masa kawin adalah bercumbu dan kopulasi, mengangkut dan menyusun
sarang, kawin dan mengeram.
a.
Prilaku bercumbu
Misalnya pada burung wilwo. Bercumbu merupakan suatu prilaku
yang selalu terjadi pada burung wilwi jika hormone reproduksi mulai memuncak.
Hal ini dimulai dengan bereaksinya hormon reproduksinya dengan cirri-ciri umum
yang sangat mudah untuk dikenali oleh laan jenisnya. Hal ini merupakan dorongan
biologis sampai saatnya kawin. Percumbuan dimulai dengan saling kejar mengejar
untuk mencapai singkronisasi birahi jantan dan betina sampai saat yang
diinginkan keduanya. Wilwo jantan akan mendekati wilwo betina dengan
mendongakkan paruh dan wilwo betina akan menyeimangkan posisi tersebut.
Kemudian diikuti dengan prilaku saling menjulurkan paruh sebagai bentuk respon
dari prilaku tersebut.
Adalah naiknya jantan keatas betina dengan posisi mematuk
kepala betina (hidayati, 1996). Mcfarland,1993 kopulasi pada burung terjadi
sangat singkat yaitu sekitar 60 detik. Kopulasi berakhir ditandai dengan
lepasnya betina dari patukan jantan dan turunnya jantan dari atas betina.
c.
Prilaku mencari bahan sarang
Mendapatkan
bahan sarang adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh beberapa golongan
aves dalam proses reproduksi. Bahan sarang tersebut mereka dapatkan dari
ranting, rumput, jerami maupun bahan lain yang ada disekitar tempat mereka
mendirikan sarang. Fungsinya adalah untuk melindungi , menyembunyikan isi
sarang dari predator dan juga hujan/ panas.
d.
Prilaku menempatkan sarang
Hal ini dilakukan karna semakin sedikitnya wilayah untuk
dijadikan sarang dan juga dipengaruhi oleh keamanan sarang dari tiupan angin
dan predator. Misalnya pada burung wilwo yang membutuhkan pohon yang tidak
memiliki dahan yang rapat, tetapi cukum luas karna wilwo memilki kaki dan sayap
yang cukup panjang.
e.
Prilaku menyusun sarang
Hal ini adalah untuk menata bahan-bahan sarang yang telah
dikumpulkan untuk dibentuk menjadi sarang sehingga aman untuk ditempati.
f.
Prilaku mengerami telur
Ini adalah untuk melindungi dan juga untuk mempercepat
penetasan.
Banyak
lagi hal lain yamh unik dari pola tingkah laku aves.
2.2.8 adaptasi tingkah laku aves
Banyak pendapat para
ilmuan mengenai prilaku aves pada saat masa kawin. Diantaranya adalah:
a. Teague (1971) : yang dimaksud perilaku satwa adalah
ekspresi semua satwa yang dibedakan oleh semua faktor yang mempengaruhi, baik
faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor – faktor itu dinamakan
dengan stimulus, rangsangan atau agent.
b. tanu dimadja (1978) : suatu segment prilaku, yang
diorganisir dan mempunyai fungsi yang mempunyai fungsi khusus. Sifatnya
ditentukan oleh kebakaan, tapi bisa diubah dengan latihan dan pembelajaran.
c. Suratmo (1979) : membagi prilaku makan dan prilaku
minum, berkembang biak, mencari perlindungan, berkelahi, bermain, beristirahat,
tidur, berjalan, dan berkicau.
Prilaku merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap
lingkungannya dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti
terbentuknya struktur fisik. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri
untuk beradaptasi dengan lingkungan lain. Satwa liar yang didomestika akan
menglami perubahan tingkah laku seperti berkurangnya sifat liar, mengeram,
terbang dan agresif, musim kain yang panjang dan kehilangan sifat berpasangan.
Menurut Stanley dan andrikovich (1984), tingkahlaku pada adaptasi
ditentukan oleh kemampuan belajar hewa untuk menesuaikan dir dengn lingkungan
yang baru, tingkah laku maupun belajar hean ditentukan lh sepasang gen atau
lebih sehingga terdapat variasi tingkahlaku individu dalam suatu spesies
meskipun secara umum relative sama dan bias diwariskan pada turunannnya berupa
tingkah laku dasar.
Tingkah laku hewan adalah sesuatu yang sudah ada sejak lahir,
antara lain gerakan untuk menjauh atau mendekat dari stimulus. Pola tingkahlaku
harian hewan dalam hal ini egretta alba merupakan suatu aktivitas yang biasa
dilakukan dalam kesehariannya mulai dari take of , aktivitas, dan kembali lagi
kesarangnya.tapi aspek keseharian dari aves adalah tingkah laku individu,
social dan makan.
a.
Adaptasi individu
Sebagian besar adalah ditunjukkan untuk kesejahteraan burung
itu sendiri yang berhubungan dengan pemeliharaan, perawatan dan kenyamanan
tubuh, habitat, tempat istirahat dan juga makanan. Perilaku yang berhuungan
dengan erawatan tubuh adalah bulu, kulit dan bagian lain yang digunakan untuk
terbang. Perilaku ini meliputi menelisik bulu,mengaruk dan berjemur.
Menelisik bulu adalah sesuatu yang penting dan dilakukan
dengan paruh, digerakkan atau digit hingga keujung dan gerakan ini adalah khas
untuk masing –masing individu. Kaki berguna untuk menngaruk bagian kepala karna
bagian ini tidak adapat tersentuh paruh.
Berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan
mengembangkan bulu- bulu kepala , leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya
serta mengembangkan sayap dan ekor. Terkadang diikuti dengan membuka mulut.
Untuk menjaga kenyamanan, burung biasanya melakukan pengaturan
bulu dengan menggerakkan dan menggoyangkan tubuh, mengangkat, merentangkan dan
mengepakkkan sayap dan kemudian mengembalikan pada posisi semula.
b.
Perilaku social
Adalah interaksi dua atau lebih hean yang umumnya adlah dari
spesies yang sama. Meskipun sebagian besar special melakukan reproduksi dengan
seksual namun banyak juga yang menghabiskan aktu untuk selalu bersama dengan
spesiae sejenisnya. Kerumitan prilaku meningkat secara dramatis ketika
interaksi individu meningkat secara dramatis. Penyerangan, percumbuan,
kerjasama bahkan kebohongan merupakan sebagian dari keseluruhan dari prilaku
social. Prilaku social memilki keuntungan dan biaa bagi anggota spesias yang
berinteraksi secara ekstensif.(Campbell, 2002: 315-317)
Burung bereaksi terhadap stimuli bahaya tertentu melalui
pendengaran dan penglihatan.ketika mendengar peringatan tana bahaya terkadang
burung diam dan membeku ditempatnya dengan harapan musuh tidak mengetahui
keberadaannnya. Selain bentuk pertahanan diri burung juga memiliki kecendrungan
untuk berkelompok, terutama ketika musim biak. Karna kondisi cuaca dan biak
terkadang pola angin bias mempengaruhi penyebaran kelompok kelopmpok aves.
Campbell (2002), interaksi social bias berhubungan dengan
hal yang bersifat kompetitif, seperti: prilaku agonistic merupaka suatu bentuk
perlaanan yang melibatkan prilaku yangmengancam maupun menentukan pesaing mana
yang mendapatkan sumberdaya makan dan juga pasangankawin. Contohnya dua ayang
yangberbeda digabungkan. Keduanya akan saling melawan dengan cara saling
mematik yang yang kuatlah yang akan bersifat linear. Antara satu dan yang
lainnya akan saling mengawasi dengan pandagan yang mengancam tapi bukan
mematuk.
Teritoriallis adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh
seekor individu hewan yang umumnya mengusir anggta lain dari spesies sendiri.
Hal ini digubakan untuk mencari makan, perkawinan, membesarkan anak, atau
kombinasi aktivitas tertentu.
c.
Prilaku makan
Prilaku makan adalah prilaku yang ada kaitanya dengan makan.
Suratmo dalam elfidasari (2003) jenis burung yang mencari makan dibawak
permukaan air akan memburu mangsa dengan menggunakan ujung paruhnya yang
sensitive, karena itu mereka memiliki ukuran mata yang lebih kecil karena tidak
terlalu membutuhkan dalam hal mencari mangsa. Sebagian lain aves juga memili
kaki yang lebih panjang yang memungkinkan mereka berjaan diair dangkal atau
lumpur halus. Sedangkan yang berkaki endek memungkinkan mereka beralan diatas
lumpur keras.secara umum aves memilki 3 cara dalam memperoleh makanan, yaitu:
a.
Tetap berada ditempat dan makan dating dengan sendiriya
b.
Berjalan untuk mencari makan
c.
Menjadi parasit dengan organism lain.
Tingkah
laku lain akan dperoleh dari engaruh factor genetic, suhu lingkungan, dan jenis
makan yang tersedia dalamhabiat. Misalnya prilaku makan pada burung kuntul: ia
hanya akan mencari makan pada kondisi kealam air tertentu. Dengan jalan proses
makan sebagai berikut: stop/ melihat-berlari-mematuk-menangkap-makan/stop- melihat-lihat.
Adaptasi
lain yang terjadi pada aves adalah dipengaruhi dengan jenis makan yang dimakan
dan juga habitan tempat tingggal.
BAB
III
Kesimpulan
Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (ordo)
yang dikenal baik karakteristiknya. Impennes. Salah satu contoh dari salah satu
kelas aves adalah burung Penguin. Yang mempunyai cirri-ciri, Sayap (anggota
gerak anterior) digunakan untuk berenang, tidak dapat terbang. Metatarsus
bersatu, tetapi tidak sempurna. Empat buah jari terarah ke muka, jari-jari
dengan selaput kulit. Bulu kecil-kecil menutupi seluruh tubuh. Di bawah kulit
terdapat lapisan lemak tebal. Berdiri tegak pada metatarsus. Dapat dengan cepat
menyelam. Terdapat 20 jenis dari golongan ini, Contoh dari golongan ini adalalah
Ordo Sphenisciformes. Contoh: Aptenodytes forsteri.
Ciri-ciri
Umum dari burung adalah bersayap (tubuh dilindungi bulu), berkembang biak
dengan bertelur (ovipar), suhu tubuhnya tetap (homoiterm), bernapas dengan
paru-paru dan pundi-pundi udara, tulangnya tipis dan berlubang, mulut berbentuk
paruh yang kaku dan kuat, pada sebagian besar spesies, anggota gerak atas
berfungsi untuk terbang, kulit kakinya diselubungi semacam sisik yang disebut
tasometatarsus, dan memiliki kantong udara untuk membantu pernapasan pada saat
terbang.
Selain
ciri umum burung juga mempunyai ciri khusus, adapun cirinya adalah bulu. Bulu
adalah suatu adaptasi vertebrata yang paling luar biasa karena sangat ringan
dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein yang juga menyusun rambut dan kuku
manusia dan sisik pada reptile. Struktur tubuh burung terdiri dari paruh,
kepala, iris, pupil, mantel, lesser, bulu, scapular, bulu atas, tersial,
bokong, primaries, vent, paha, tibio-tarsalartikulasi, tarsus, kaki, tibia,
belly, sisi, breast, tenggorokan, dan wattle. Adapun sistem organ pada burung
adalah Sistem Respirasi, Sistem Pencernaan, Sistem Reproduksi, Sistem Peredaran
Darah, Sistem Ekskresi, Sistem Saraf, dan Sistem Rangka. Burung berkembang biak
dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras
karena berkapur.
Kebanyakan
burung membuat sarang dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarang
itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana, dari tumpukan rumput, ranting, atau
batu atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melengkuk sehingga
telur yang di letakkan tidak mudah terguling. Pada saat musim kawin burung
umumya, memiliki rituaal berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses
untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan.
Contohnya burung manyar, burung jantan memikat pasangannya dengan memamerkan
sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan
dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna, akan tetapi bila
betinanya tidak berkenan, sarang itu akan ditinggalkannya. Tak terkecuali
burung yang berada dimanapun. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di
hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke
puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput,
pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub.
Masing-masing je nis beradaptasi
dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya, juga mencari pasangan dengan
ritualnya masing-masing.
Burung
adalah salah satu hewan yang diciptakan oleh Allah untuk manusia, kenapa?;
karena salah satu yang bias diambil dari manfaat burung adalah merupakan sumber
protein yang penting (daging maupun telurnya). Seperti ayam, kalkun, angsa dan
bebek. Di samping itu, orang juga memelihara burung untuk kesenangan dan
perlombaan. Contohnya adalah burung-burung merpati, perkutut, dan murai batu
dan lain-lain. Dan khusus untuk burung-burung elang kerap dipelihara pula untuk
gengsi, gagah-gagahan, dan untuk olahraga berburu, dan burung juga memberikan
nilai estetika terhadap keragaman fauna indonesia, seperti burung merak,
kasuari, sendrawasih dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjoyo,
Mukayat djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Aryulina,Diah,Choirul
Muslim, Salfinaf Manaf, Dkk.2004.Biologi Sma Kelas X. Jakarta: Esis
Kimball,
John W.1983. Biologi Jilid 2.Jakarta : Erlangga.